Terkini.id – Puluhan siswa di India nekat bunuh diri setelah hasil ujian mereka diumumkan pada 18 April. Hasil ujian tersebut menunjukkan banyak siswa tak lulus.
Dilansir dari World of Buzz, Jumat 3 Mei 2019, 25 siswa selama kurun waktu 10 hari di Telangana, India memilih mengakhiri hidup mereka karena mengira telah gagal dalam ujian, namun anjloknya nilai mereka ternyata disebabkan oleh kesalahan sistem IT.
Agensi swasta yang bertanggungjawab melakukan penilaian ujian, Globarena Technologies Pvt Ltd, dilaporkan telah membuat kesalahan dan hasilnya siswa yang seharusnya lulus menjadi tidak lulus.
Di antara 25 siswa yang melakukan bunuh diri ada dua gadis di Mahbubnagar, Hyderabad yang bunuh diri dengan menggunakan minyak tanah dan membakar dirinya. Sementara siswa lainnya memilih mengakhiri hidup mereka dengan cara gantung diri.
Berdasarkan laporan dari Mail Online, para pejabat pemerintah setempat membenarkan adanya kesalahan pada perangkat lunak baru yang digunakan untuk menilai ujian. Tetapi mereka menyatakan, kesalahan manusia juga tak boleh dibiarkan.
- Siswa SMP Swasta di Makassar Diduga Bunuh Diri, Lompat dari Gedung Sekolah
- Sebelum Bunuh Diri, Pasangan Kekasih Siswa SMK di Toraja Tinggalkan Surat Wasiat
- Pencarian Hari Kedua, Korban Bunuh Diri di Makassar Sudah Ditemukan
- Apakah Bunuh Diri Bisa Menular? Begini Penjelasan Psikolog UNM
- Dosen Unhas Angkat Bicara Soal Insiden Pinrang Ibu Bunuh Diri Setelah Racuni Anaknya
Seorang guru bahkan telah diskors dan yang lain didenda karena salah memberikan nilai ’99’ pada siswa menjadi ‘0’. Keputusan itu dilaksanakan setelah komite investigasi menyerahkan laporannya kepada pemerintah Telangana.
Globarena bantah tuduhan telah melakukan kesalahan

Sementara itu, Menteri Pendidikan negara bagian, G Jagdish Reddy, mengatakan bahwa pihaknya akan memberi sanksi kepada orang atau pihak yang terbukti menyebabkan adanya kesalahan pemberian nilai ujian.
Namun CEO Globarena, VSN Raju, membantah tuduhan tersebut. “Kami tidak melakukan kesalahan besar seperti yang dituduhkan,” katanya.
Berdasarkan penyelidikan, peran guru juga menjadi penyebab mengapa banyak siswa yang tidak lulus. Banyak guru di sana yang belum fasih dengan sistem yang menggunakan internet tersebut.
Hasilnya, banyak guru yang salah memasukkan data nilai ujian para pelajar. Beban kerja pada guru juga bertambah, jika menggunakan sistem lama, mereka hanya memeriksa sekikat 30 lembar jawaban, namun dengan sistem perangkat lunak, guru-guri di sana bisa memeriksa 100 lembar jawaban para murid per hari.
Politisi setempat minta Sekretaris Dewan Pendidikan Menengah Telangana dipecat

Peristiwa tragis tersebut menimbulkan kecaman dari berbagai pihak, salah satunya datang dari Politisi K Laxman yang juga Kepala Unit negara BJP (Bharatiya Janata).
Menurut laporan World of Buzz, Laxman bahka melakukan aksi mogok makan tanpa batas waktu dan menuntut penyelidikan atas masalah tersebut.
Dia juga meminta pemindahan Menteri Pendidikan Guntakandla Jagdishwar Reddy dan meminta Sekretaris Dewan Pendidikan Menengah untuk dipecat.
“Kami menuntut penyelidikan yudisial terhadap hal ini. Atau bahkan oleh CBI (Biro Ivestigasi Pusat). Ini bukan hanya salah urus. Ini adalah penipuan besar,” kata Laxman.
“Perusahaan yang diberi kontak untuk dukungan teknis end-to-end sama sekali tidak memenuhi syarat untuk menangani masa depan 970.000 anak-anak,” sambungnya.