Terkini.id, Gowa – Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa kembali menjadi perbincangan hangat. Setelah Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan mengeluarkan himbauan. Agar warga di sekitar bendungan mengungsi.
Bupati Adnan meminta warga menghindar dan menyelamatkan diri. Karena volume air bendungan disebut sudah di atas 100 meter. Statusnya waspada.
Hujan deras yang mengguyur beberapa wilayah di Sulawesi Selatan berdampak pada meningkatnya volume air bendungan.
Setiap kali musim hujan tiba, Bendungan Bili-bili selalu menjadi sorotan. Mulai dari beredarnya kabar hoax bendungan akan jebol dan kabar sejumlah wilayah seperti Makassar dan Gowa akan tenggelam karena pintu air dibuka.
Berita tentang Bendungan Bili-bili selalu menarik diulas dan diketahui warga. Khususnya warga di Sulawesi Selatan.
- Air Pasang Bendungan Bili-bili Naik? BBWS Pompengan Sampaikan Ini
- Intensitas Hujan Tinggi, Begini Status Bendungan Bili-bili Jumat 18 November 2022
- Curah Hujan Tinggi, Kepala BPBD Gowa: Elevasi Bendungan Bili-Bili Sudah Melewati Batas Normal
- Pintu Air Waduk Bili-Bili Dibuka: Warga Diminta Tidak Berkegiatan di Muara Sungai
- Jaga Lingkungan DAS Jeneberang, YPL-Arispala Tanam Pohon di Green Belt Waduk Bili-Bili
Bendungan ini terletak di Kabupaten Gowa. Sekitar 30 km di sebelah timur Kota Makassar. Berikut beberapa fakta yang perlu diketahui terkait Bendungan Bili-bili :
1. Pembangunan Bendungan Bili-bili menenggelamkan empat kampung
Dampak dari pembangunan bendungan Bili-bili, menenggelamkan empat kampung. Yakni Kampung Bonto Parang, Lanna, Pattalikang, dan Kampung Manuju. Serta merendam sekitar 2.000 hektare sawah masyarakat.
Warga yang kehilangan lahan dan tempat tinggal direlokasi ke daerah Mamuju, Sulawesi Barat. Sebagai transmigran. Tercatat kurang lebih 3 ribu kepala keluarga yang menjadi transmigran.
2. Bendungan Bili-bili sudah berumur 18 tahun
Bendungan Bili-bili selesai dibangun tahun 1995. Kemudian diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tahun 1999. Beroperasi tahun 2001.
Bendungan Bili-Bili pernah meraih penghargaan sebagai bendungan dengan pengelolaan terbaik ke-3 di seluruh Indonesia.
Konstruksi Bili-bili menggunakan bahan material beton bertulang ST60 dengan komposisi titanium, karbon steel S45 dengan ketebalan 10 meter. Konstruksi bendungan disebut memiliki ketahanan 70 sampai 100 tahun.
Pengelolaan Bendungan Bili-bili dibawah kendali Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR.
3. Sumber dana pembangunan dari Jepang
Pembangunan Bendungan Bili-bili menggunakan dana pinjaman dari Jepang. Dengan total pinjaman Rp 780 miliar. Bendungan dibangun dengan tipe urugan batu.
Pembangunan bendungan butuh waktu 13 tahun. Mulai perencanaan tahun 1986 sampai rampungnya pembangunan fasilitas bendungan di tahun 1999.
4. Mencegah Banjir di Makassar dan Gowa
Pembangunan Bendungan Bili-bili bertujuan mencegah banjir di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Karena bendungan mencegah luapan air sungai jeneberang di bagian hilir.
Pada tahun 1975, Kota Makassar dan sebagian Gowa tergenang. Karena air Sungai Jeneberang dengan panjang 75 km meluap saat musim hujan.
Setelah bendungan rampung, air bendungan dimanfaatkan untuk sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Menjadi areal wisata dan budidaya ikan. Serta sumber listrik.
5. Bendungan terbesar di Sulawesi Selatan
Menurut Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang, Bendungan Bili-bili adalah bendungan terbesar di Sulawesi Selatan saat ini. Kedua Bendungan Passaloreng Wajo dan ketiga Bendungan Pammakulu Takalar (proses pembangunan).
Bendungan Bili-bili memiliki tinggi utama 73 meter dan panjang 750 meter. Tapi tinggi muka air banjir 104 meter.
Luas daerah tangkapan waduk sebesar 384,40 Km2 dengan kapasitas tampungan 375 juta m3 dan kapasitas tampungan efektif 346 juta m3.