Terkini.id, Jakarta – Piala Dunia Qatar 2022 punya banyak cerita unik hingga kontroversi. Salah satunya mengenai pelarangan pemakaian ban kapten ‘One Love’ yang tuai kontroversi dan aksi protes. Ikon tersebut memiliki pesan inklusi LGBTQ yang bertolak belakang dengan nilai-nilai yang ada dianut tuan rumah Qatar yang menetapkan bahwa homoseksualitas adalah ilegal.
Sebanyak 7 kapten timnas peserta Piala Dunia asal Eropa awalnya merencanakan mengenakan ban kapten pelangi tersebut. Namun, karena adanya tekanan dan pelarangan oleh FIFA, tidak ada dari mereka yang mengenakannya. Wasit akan langsung memberi kartu kuning kepada mereka yang memakai ban kapten tersebut.
Dilansir dari laman Suara.com jejaring Terkini.id, berikut beberapa kontroversi ban kapten ‘One Love’ di Piala Dunia Qatar 2022:
Asal-usul Ban Kapten One Love
Asosiasi Sepak Bola Belanda di awal musim 2020 lalu memprakarsai kampanye One Love. Kampanye ini berupaya mengungkap dukungan mereka untuk penyatuan semua orang dan mengutuk segala bentuk diskriminasi.
Pada September 2022 lalu, diumumkan bahwa sembilan negara lain, termasuk Norwegia, Swedia, dan Prancis akan ikut serta dalam kampanye untuk berbagai pertandingan mendatang, termasuk di dalamnya Piala Dunia Qatar dan UEFA Nations League tahun depan.
Kapten tim setuju memakai ban lengan pelangi dengan tulisan One Love di atasnya serta menampilkan nomor satu di dalam simbol hati. Walau tak secara langsung menyebutkan penyebab atau diskriminasi LGBTQ, bendera pelangi adalah simbol hak LGBTQ yang diakui secara global.
Pelarangan Pemakaian Ban Kapten One Love di Piala Qatar 2022
Qatar selaku tuan rumah penyelenggara Piala Dunia 2022 melarang penggunaan ban kapten One Love. Sejak awal Qatar yang penduduknya mayoritas muslim melarang segala bentuk kampanye atau dukungan terhadap kaum LGBTQ. Hal tersebut sesuai dengan hukum yang diterapkan di negara mereka sejak lama.
Khalid Salman sebagai Duta besar Piala Dunia 2022 sempat mengeluarkan pernyataan sebenarnya Qatar tidak akan menutup pintu untuk suporter yang memiliki orientasi homoseksual atau LGBT. Namun mereka hanya meminta suporter itu menghargai budaya yang berlaku di Qatar bahwa LGBT merupakan perbuatan yang dilarang secara hukum.