Terkini.id, Kabul – Ini kekhawatiran warga usai ditinggal militer AS: kami akan dibunuh Taliban setelah kuasai kota! Habib, warga Afghanistan merasa nyawanya akan terancam jika Taliban berhasil menguasai kotanya, Kabul. Ia mengatakan, akhri-akhir ini sering bermimpi buruk Taliban akan menguasai kota yang ditinggalinya selama ini.
Habib adalah seorang jurnalis di Afghanistan, dan selama delapan tahun terakhir bekerja untuk sebuah media yang didanai tentara Jerman. Kontrak kerjanya diputus pada akhir Juni 2021 ketika pasukan internasional yang dipimpin Amerika Serikat mulai angkat kaki dari negeri itu.
Untuk alasan keamanan, seperti dilansir dari BBCNews, Selasa 13 Juli 2021, ia meminta wartawan tidak menggunakan nama aslinya.
“Taliban akan membunuh saya jika mereka mengambil alih kota saya,” beber Habib.
Seperti diketahui, Taliban semakin dekat dengan kota tempat tinggal Habib yang terletak di utara Afghanistan. Hal itu juga diakuri Habib yang mengatakan jalanan kini sering sepi, yang juga mempertegas firasat buruk terkait masuknya Taliban menguasai Kota Kabul.
- Taliban Desak Warga Afghanistan Ngungsi dan Tidak Ikut Campur Aksi Protes
- Heboh Kabar Sekolah Taliban di Jaksel, Netizen: Halo Menteri Nadiem
- Soal Wanita Wajib Pakai Burqa, Sekjen PBB Minta Taliban Menghormati Hak Perempuan
- Pengakuan Warga Afghanistan di Bawah Kekuasaan Taliban: Ramadhan Paling Buruk, Kami Kelaparan! Ibadah Tidak Damai ...
- Anies Baswedan Pamer JPOS, Netizen: Dia Munafik Taliban, Sampe Kiamat Gak Bakal Jadi Presiden!
“Jalanan mendadak sepi setiap kali ada spekulasi tentang serangan Taliban. Setengah distrik (di provinsi) saya sudah jatuh ke tangan Taliban. Beberapa hari yang lalu, mereka mendekat sampai jarak 10 hingga 12 kilometer dari kota sebelum mereka kembali dipukul mundur pemerintah,” papar Habib.
Rakyat Afghanistan telah melalui konflik selama berpuluh-puluh tahun, namun banyak yang takut hal terburuk akan terjadi setelah Presiden AS, Joe Biden mengumumkan penarikan seluruh pasukan pada Agustus 2021.
Selama ini, pasukan yang dipimpin AS sebagian besar mampu menjaga stabilitas, namun ada keraguan yang meluas kalau tentara Afghanistan dapat melakukan hal yang sama. Dicekam rasa takut, banyak warga berebut untuk mendapatkan paspor.
Selama periode kekuasaan mereka yang singkat pada akhir 1990-an, Taliban mengeksekusi orang secara terbuka dan membatasi akses wanita ke pendidikan dan pekerjaan. Kendati demikian,Taliban mengatakan mereka telah berubah dan tidak akan lagi menggunakan kekerasan seperti itu.
Dalam sebuah pernyataan publik, mereka berkata orang-orang seperti Habib yang pernah bekerja untuk militer asing tidak akan disasar, namun ada syaratnya.
“Mereka harus menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka di masa lalu dan tidak boleh terlibat di masa depan dalam kegiatan yang merupakan pengkhianatan terhadap Islam dan negara,” demikian dikatakan otoritas Taliban kepada warga Afghanistan.
Habib sendiri mengaku skeptis terhadap janji Taliban. Pasalnya, komunal hak asasi manusia atau Human Rights Watch telah mendokumentasikan beberapa kasus serangan balasan dari Taliban terhadap warga sipil yang dianggap mendukung pemerintah.
Habib mengungkapkan, ia telah mendengar suara tembakan dan ledakan di malam hari. Ia yakin bakal dicap sebagai pengkhianat. Untuk itu, ia telah mengemas pakaian, uang, perhiasan, dan surat-surat berharga lainnya ke dalam koper.
“Masyarakat kami berubah cepat. Orang-orang kini terang-terangan berkata kepada saya, ‘Kamu pernah bekerja untuk asing’. Ini membuat saya semakin takut,” imbuh Habib.
Ia juga tidak yakin apakah ada kerabat atau kawannya yang akan menyembunyikannya dalam keadaan darurat, begitu mengetahui konsekuensi terhadap bahaya bagi keluarga mereka jika ketahuan Taliban.
“Kami bekerja untuk orang Jerman. Kami telah menerbitkan berita-berita yang kritis terhadap Taliban. Bagi kami, ancaman terbesar datang dari mereka,” bebernya.
Habib dan kolega-koleganya sesama jurnalis sering bertemu untuk bertukar informasi.
“Saya pernah baca, Jerman akan memberikan suaka kepada semua orang yang pernah bekerja untuk tentara mereka. Tetapi, kami tidak tahu prosesnya akan seperti apa atau berapa lama,” ungkapnya.
Beberapa warga mendaftar untuk visa, dan Habib juga mencoba peruntungannya dengan memasukkan permohonan ke kedutaan besar India.
Ia kenal banyak orang yang telah membayar uang kepada penyelundup manusia, namun ragu-ragu untuk mengambil jalan itu.
“Pergi secara ilegal sangat berisiko. Kami dapat dirampok atau bahkan dibunuh. Apa perbedaannya antara mati di sini dan mati dalam perjalanan ke Eropa?” kata Habib.
Habib tidak sendiri. Banyak warga Afghanistan juga merasakan perasaan mencekam dan ketakutan yang sama terhadap Taliban pasca militer AS dan sekutunya angkat kaki dari tanah yang terus dilanda peperangan tersebut.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
