Terkini.id, Tulungagung – Menyambut HUT Kemerdekaan RI di tahun 2019, seorang pria Medi Bastoni (43) melakukan aksi jalan mundur dari Tulungagung menuju ke Jakarta.
Warga Desa Dono Rt 02 Rw 01, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur ini juga melakukan aksinya itu untuk bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia ingin meminta kepada Jokowi sebatang pohon untuk di tanam di lereng wilis sebagai ikon penghijuan, dari Tulungagung ke Jakarta.
“Kampung halaman saya kehilangan pohon-pohonnya, jadi saya harus berbuat sesuatu. Saya bisa menahan rasa sakit dan kelelahan,” kata Medi, dikutip dari Detik, Selasa 6 Agustus 2019.
Medi Bastoni dalam melakukan perjalanannya melintasi jalur Pantura ditemani oleh sahabatnya, Agus Susanto (73). Perjalanan mereka dari Tulungagung telah dimulai sejak Kamis, 18 Juli 2019, lalu.

Aksi yang dilakukan Medi ini menjadi sorotan media internasional. Dirinya menjadi pemberitaan AFP, media Inggris The Daily Star, dan juga The Guardian.
Dilansir AFP, Selasa 6 Agustus 2019, Medi berjalan 700 km dari rumahnya di Dono ke Jakarta. Ada maksud dia berjalan mundur, yakni menarik perhatian publik tentang hutan yang semakin susut dengan cepat.
“Tentu saja saya kelelahan, tapi saya bertekad untuk berjuang demi generasi mendatang,” kata Bastomi kepada AFP.
Medi rencananya tiba di ibu kota Jakarta pada 16 Agustus 2019 nanti, atau sebelum hari peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-74.

Medi ingin bertemu Presiden Jokowi dan mengemukakan perihal deforestasi yang terjadi di negara kepulauan ini, termasuk yang terjadi di kampung halamannya di kaki Gunung Wilis. Menurut Greenpeace, Indonesia mengalami laju deforestasi tertinggi di dunia.
Agar langkah mundurnya ke ibu kota tak menabrak sesuatu, dia membekali dirinya dengan kaca spion yang dipasang di tas ranselnya.
Selama perjalanan, Medi mengaku mendapatkan semangat dari orang-orang di perjalanan, ada pula yang menawarinya makanan dan menawarkan tempat untuk bermalam.
“Berjalan mundur adalah simbolisasi yang mengajak orang Indonesia memikirkan masa lalu, mengenang bagaimana para pahlawan nasional bertarung demi kebaikan negara ini,” ujarnya.