Pengakuan Mantan Polisi Jadi Teroris, Beber Rencana Pemboman Istana Negara hingga Senjata ZA yang Bisa Menewaskan
Komentar

Pengakuan Mantan Polisi Jadi Teroris, Beber Rencana Pemboman Istana Negara hingga Senjata ZA yang Bisa Menewaskan

Komentar

Terkini.id, Jakarta – Pengakuan seorang mantan polisi yang sempat menjadi teroris sebelum berubah haluan menjadi ustaz baru-baru ini mengejutkan publik.

Bagaimana tidak? Ia mengungkap rencana pemboman Istana Negara pakai roket sekaligus membeberkan senjata teroris Mabes Polri ZA yang rupanya memang bisa menewaskan orang.

Selain Istana Negara yang hendak dibom, sosok itu juga berbicara terkait rencana untuk membuat ledakan pipa gas di Tangerang.

Ya, semua hal itu diungkap oleh seseorang yang dulunya polisi (selama 13 tahun) kemudian menjadi teroris dan kini sebagai mantan teroris bernama lengkap Sofyan Tsauri dalam siaran Podcast Deddy Corbuzier.

Ia mengaku bahwa serangan itu sedianya akan dilakukan dari tahun 2011 hingga 2012 dan Sofyan menyebut pelakunya adalah teroris Bogor. 

Sofyan Tsauri juga mengungkapkan jenis senjata yang digunakan oleh ZA alias Zakiah Aini yang sebelumnya menerobos masuk di Mabes Polri.

Mengejutkannya, Sofyan Tsauri memberi pengakuan bahwa senjata tersebut dibeli dari muridnya dan memang bisa menewaskan orang, apalagi dari jarak 1-2 meter dan kena kepala. 

“Punya transaksinya. Dibeli ZA 17 Februari 2021. Jadi, ada waktu 1,5 bulan untuk persiapkan (aksi),” ungkapnya. 

Senjata yang dibeli Zakiah Aini adalah senjata jenis M84 Beretta, kaliber 4,5, dan sudah di-upgrade sampai 900 FS.

Untuk melakukan cuci otak, Sofyan mengaku hanya butuh waktu satu jam saja. Apalagi jikalau korbannya punya masalah, maka prosesnya bisa sangat cepat.

Terbukti, anak-anak Aceh katanya kagum dengan cara Sofyan melakukan cuci otak yang membawa-bawa perihal dunia ini fana kemudian mengutip ayat Al-Qur’an sampai mereka akhirnya rela mati meski membawa bom.

“Ini fakta, bukan konspirasi,” tegas Sofyan Tsauri.

Sofyan Tsauri lantas mengatakan bahwa hal pertama yang membuat orang menjadi teroris adalah ideologi dan paham teroris yang sangat masif.

“Brain washing. Bisa menyasar siapa saja. Siapa pun bisa terpapar. Tidak memandang status sosial dan usia. Demikian dahsyatnya,” pungkas Sofyan.