Terkini.id, Jakarta – Tagar Waspada Resesi Ekonomi, menjadi trending satu di Twitter pada, Sabtu 16 Juli 2022 dengan ribuan cuitan warganet.
Cuitan dari warganet yang menyita perhatian yakni warganet Kopi Hitam @bang_S41D yang dalam cuitannya bercerita mengenai fenomena SRI.
Warganet ini dalam cuitannya lantas menyebut probabilitas dari resesi ekonomi yakni antara Mulyani dan Lanka dan menyebutkan Sri Mulyani dan Sri Lanka antara nyata dan imajinasi.
“Fenomena SRI. Probabilitas Resesi Ekonomi antara Mulyani dan Lanka. #WaspadaResesiEkonomi”. Cuit Kopi Hitam.
Netizen ini menambahkan bahwa pemerintah terlalu membanggakan faktor eksternal dan statistic, namun menutup mata dengan keadaan yang sebenaranya di lapangan.
“Terlalu membanggakan Faktor Ekesternal dan Statistik menutup mata dengan kondisi real di lapangan #WaspadaResesiEkonomi. Sri Lanka dan Sri Mulyani, antara nyata dan imajinasi”, ujarnya.

Selain Netizen Kopi Hitam, Adapun netizen De,Volt @Tehtarik_mantap juga turut meramaikan tagar Waspada Resesi Ekonomi.
Netizen De,Volt mengelurkan protes terhadap naiknya harga-harga kebutuhan pokok, belum lagi mengenai BB dan gad elpiji yang mengalami kenaikan.
“Semua harga kebutuhan pokok naik tak terkecuali. BBM juga gas elpiji sudah naik juga harta kekayaan para pejabat juga naik”, cuit De,Volt.

Selain itu, dia menyebut yang mengalami penurunan, hanya pendapatan wong cilik serta daya beli wong cilik yang menurun.
“Yang turun hanya pendapatan wong cilik beserta daya beli wong cilik juga turun. Semprul gak tuh… #WaspadaResesiEkonomi #WaspadaResesiEkonomi”, ujar De,Volt.
Diwartakan sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menjawab mengenai kekhawatiran publik terhadap terjadinya resesi ekonomi di Indonesia, mengingat Indonesia masuk dalam 15 besar negara dengan potensi mengalami resisi, Indonesia sendiri berada di posisi 14.
“Saya rasa seharusnya melihat saja faktual mengenai tadi background setiap negara sisi kinerja pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca, pembayaran, kinerja APBN, kinerja kebijakan moneter, dilihat inflasi, nilai tukar rupiah dan korporasinya”, kata Sri Mulyani.
Bahkan, ada analisa yang mengkhawatirkan Indonesia akan mengalami krisis seperti yang dialami oleh negara Sri Lanka.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertumbuh di sekitar level 5%. APBN hingga akhir semester 1 – 2022 juga masih surplus Rp 73,6 triliun atau 0,39 terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Transaksi berjalan dimungkinkan juga tetap melanjutkan tren surplus mesikupn mulai menipis.
Kekhawatiran publik memang terletak pada Inflasi, inflasi pada Juni 2022 tercatat 0,61% dibandingkan bulan sebelumnya (Month to month/mtm). Inflasi tahun kalender adalah 2,19%.
Kendati demikian, dibandingkan dengan negara lain, Inflasi yang terjadi di Indonesia cenderung rendah. Sebab pemerintah mampu menahan kenaikan harga energi lewat subsidi sebesar Rp 520 Triliun. Sehingga masyarakat tidak merasakan beban berat seperti yang dialami negara lain.