Terkini.id, Kabul – Terbongkar! Ini sumber uang Taliban, dari pemerasan hingga jual opium ilegal. Pasca merebut Ibu Kota Kabul, gerilyawan dan milisi Taliban langsung menduduki Istana Kepresidenan yang ditinggal kabur Presiden Afghanistan Ashraf Ghani ke Tajikistan. Keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan dalam waktu singkat memang mengejutkan banyak pihak.
Pasalnya, kelompok bersenjata garis keras itu mampu merebut 26 dari 34 ibu kota provinsi di Afghanistan, termasuk Kabul yang merupakan ibu kota negara di Asia Selatan itu hanya dalam 10 hari.
Taliban bahkan berhasil merebut sejumlah wilayah tersebut tanpa perlawanan berarti dari pasukan Afghanistan.
Pergerakan Taliban ini pun di luar prediksi intelijen Amerika Serikat (AS), yang sebelumnya menganggap Kabul dapat jatuh ke tangan Taliban dalam 90 hari ke depan sejak Washington mulai menarik pasukan dari Afghanistan per Mei 2021 lalu.
Keberhasilan Taliban sejauh ini pun bukan tanpa sokongan sumber daya yang besar. Sejumlah badan intelijen asing memperkirakan, Taliban memiliki sumber finansial mandiri yang setidaknya menghasilkan 300 juta dolar AS atau setara Rp 4,3 triliun hingga 1,6 miliar dolar AS atau setara Rp 23 triliun per tahun.
- Taliban Desak Warga Afghanistan Ngungsi dan Tidak Ikut Campur Aksi Protes
- Heboh Kabar Sekolah Taliban di Jaksel, Netizen: Halo Menteri Nadiem
- Soal Wanita Wajib Pakai Burqa, Sekjen PBB Minta Taliban Menghormati Hak Perempuan
- Pengakuan Warga Afghanistan di Bawah Kekuasaan Taliban: Ramadhan Paling Buruk, Kami Kelaparan! Ibadah Tidak Damai ...
- Anies Baswedan Pamer JPOS, Netizen: Dia Munafik Taliban, Sampe Kiamat Gak Bakal Jadi Presiden!
Kendati demikian, badan-badan intelijen itu mengatakan tidak mungkin dapat menghitung secara akurat berapa banyak aset yang dimiliki Taliban saat ini.
Berdasarkan laporan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Juni 2021 lalu, sebagian besar uang itu diperoleh Taliban dari berbagai jenis aktivitas kriminal, seperti produksi opium, perdagangan dan penyelundupan narkoba, pemerasan, penculikan, dan pembajakan.
Dalam laporan DK PBB itu, salah satu badan intelijen memaparkan Taliban mampu meraup 460 juta dolar AS atau Rp 6,6 triliun dari penjualan narkoba saja. Hingga kini, Afghanistan masih tetap menjadi pemasok opium ilegal terbesar di dunia. Hal itu diprediksi akan terus meningkat ketika Taliban berkuasa.
“Taliban mengandalkan perdagangan opium Afghanistan sebagai sumber utama pemasukan mereka,” beber Kepala Perwakilan UN Office of Drugs and Crime (UNODC) di Kabul, Cesar Gudes kepada Reuters via CNNIndonesia, Senun 16 Agustus 2021.
Sejatinya, pandemi Covid-19 tampaknya tidak mempengaruhi laju perdagangan opium dan obat terlarang lainnya dari Afghanistan, salah satunya ke Eropa.
Penyitaan heroin dari Afghanistan di Azerbaijan yang menjadi salah satu rute penyelundupan barang haram itu, malah meningkat pesat menjadi 2.240 kilogram pada 2020. Padahal, pada 2019, Azerbaijan menyita 802 kilogram heroin dan narkoba lainnya dari Afghanistan.
Selain dari narkoba, dokumen DK PBB setebal 22 halaman itu pun memaparkan para pemimpin Taliban juga menghasilkan uang tambahan dari eksploitasi sumber daya alam (SDA) di wilayah yang mereka kendalikan.
Mengutip data pemerintah Afghanistan, laporan DK PBB yang rilis 1 Juni 2021 lalu, menyebutkan jika Taliban menguasai 280 tambang di 26 provinsi. Taliban mampu meraup 464 juta dolar AS atau setara Rp 6,67 triliun pada 2020 lalu dari operasi pertambangan di daerah-daerah tersebut.
Pemerintah Afghanistan sendiri hanya mengontrol 281 tambang di 16 provinsi. Sementara itu, 148 area pertambangan yang tersebar di 12 provinsi dikuasai kelompok bersenjata lokal lainnya.
Para pemuka Taliban juga mendapat untung besar dari berbagai donasi dan penggalangan dana, termasuk dari yang PBB gambarkan sebagai sebuah ‘jaringan yayasan amal non pemerintah’ dan para pendukung kaya raya mereka.
Taliban juga kerap memungut pajak harian di berbagai pos pemeriksaan ilegal, melakukan pemerasan yang menargetkan perusahaan infrastruktur, dan menargetkan karyawan perusahaan sebagai mangsa penculikan hingga pembunuhan demi mendapat uang tebusan.
Secara terpisah, Amerika Serikat mengatakan, Rusia juga memasok senjata dan uang bagi Taliban, hingga melatih para anggotanya.
Hal itu diutarakan Komandan Pasukan AS di Afghanistan saat itu, Jenderal John Nicholson melalui surat elektronik kepada Voice of America (VOA) pada 2018 lalu. Beberapa analisis juga menyebutkan, Taliban menikmati sokongan lain dari Pakistan dan Iran.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
