Terkini.id, Makassar – Perdebatan soal penggunaan alat GeNose bagi pelajar saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar dengan Dinas Kesehatan akhirnya menemukan titik terang.
Plt Dinas Kesehatan Kota Makassar Nursaidah Sirajuddin mengatakan penggunaan alat GeNose bakal disandingkan dengan metode real time polymerace chain reaction (RT-PCR) sebagai syarat wajib untuk mengevaluasi PTM Terbatas untuk SMP dan SD.
Nursaidah mengakui, saat ini, GeNose tak lagi menjadi rekomendasi sebagai alat pemeriksaan Covid-19. Hanya saja, kata dia, pemerintah kota sudah terlanjur membeli alat tersebut.
Ia menjelaskan pembelian GeNose lantaran banyak masyarakat pada awal-awal pandemi yang enggan melakukan pemeriksaan dengan tes rapid antigen dan PCR dengan mencolok hidung.
“Tiba-tiba ada pemeriksaan di mana Kementerian Kesehatan memberi izin edar. Jadi kami Dinas Kesehatan ada patokan, pedoman bahwa alat ini memang benar,” kata Ida, sapaannya, Jumat, 29 Oktober 2021.
- Besok, Dokter Abdul Azis Dilantik Sebagai Ketua IDI Makassar Periode 2023-2026
- PMI Kota Makassar Kolaborasi IDI Bantu Korban Kebakaran Kelurahan Pandang
- Covid-19 Masih Tinggi, IDI Makassar: Peralihan ke Fase Endemi Butuh Persiapan Matang
- Vaksin Booster Habis, IDI Makassar Dorong Percepatan Vaksin Dosis Pertama dan Kedua
- Tes GeNose Siswa SMP di Makassar, Hasilnya Akurat?
Namun belakangan pemerintah pusat tak lagi merekomendasikan penggunaan alat GeNose. Ida menyebut pemerintah kota tetap akan menggunakan alat tersebut lantaran pemerintah kota sudah terlanjur membeli.
“Kami membeli GeNose pada saat ada izin edar dari Kementerian. Jadi otomatis kami harus manfaatkan,” paparnya.
Kendati hasil GeNose tak maksimal, Ida menyebut bakal menggunakan alat tersebut hanya sebagai alat screening.
Sementara, Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar, Wachyudi Muchsin mengatakan bila teknis penganggaran yang menjadi alasan pemerintah kota menggunakan alat GeNose.
Ia meminta menggunakan standar pemeriksaan yang tetap mengacu pada rapid antigen atau PCR.
Sudah seharusnya, kata dia, pemerintah kota menyandingkan tes GeNose dengan PCR.
“Bawa itu GeNose dan bawa juga itu PCR supaya langsung sama-sama digunakan. Pesan kami tandemkan itu supaya GeNose terpakai dan pelaksanaan pemeriksaan Covid-19 juga benar,” ungkapnya.
Wachyudi mengaku, regulasi terkait GeNose memang bukan berada di pihaknya, namun keakuratan GeNose sudah lama dipertanyakan. Sehingga, pihaknya cukup heran saat pemerintah kota terkesan ngotot menggunakan GeNose.
“Dari awal kita tolak GeNose karena logikanya di mana bau mulut bisa menangkap Covid-19? Sementara ini virus ada di tenggorokan dan laring. Berarti kita selama ini terbang dengan status kewaspadaan tidak jelas. Jadi yang kami rekomendasikan hanya dua. Rapid Antigen dan swab PCR,” pungkasnya.