Terkini.id, Jakarta – Fahmy Radhi dalam tanggapannya sebut pengendalian BBM subsidi dengan MyPertamina belum tepat atau tidak efektif. Pasalnya orang kayalah yang akan mendapatkan akses BBM subsidi. Padahal targetnya masyarakat miskin, Selasa 26 Juli 2022.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi memandang penggunaan MyPertamina, yakni menggendalikan penggunaan BBM bersubsidi, dianggap tidak efektif dan tidak tepat sasaran. Karena, penggunaan MyPertamina mesti memiliki perangkat dan memakai internet.
Pasalnya tidak semua konsumen Pertamina mempunyai perangkat dan jaringan internet yang baik. Maka dari itu, ketika dipaksakan diperkirakan bakal banyak masyarakat yang semestinya membutuhkan BBM bersubsidi tidak bisa memiliki akses lantaran keterbatasan perangkat dan akses internet.
“Pengendalian BBM subsidi dengan MyPertamina tidak efektif. Justru orang kayalah yang akan mendapatkan akses BBM subsidi. Padahal target Jokowi adalah masyarakat miskin. MyPertamina tidak sesuai untuk tujuan pengendalian BBM subsidi yang tepat sasaran,” sebut Fahmy dilansir dari Kontan yang dilihat dari kompascom, Senin 25 Juli 2022.
Lanjutnya Fahmy, rencana Kementerian ESDM dan Pertamina buat menggendalikan penggunaan BBM bersubsidi dengan memakai kriteria mobil dibawah 2.000 cc juga dianggap tidak efektif untuk memberikan subsidi ke masyarakat miskin.
- QR Code MyPertamina Khusus Solar Subsidi Resmi Diberlakukan di 11 Kota
- Mulai 1 Agustus 2022 Mengisi BBM Harus Menggunakan Aplikasi, Pertamina: Belum Kami Putuskan
- 7 Lokasi Pendaftaran Offline MyPertamina Program Pertalite dan Solar Subsidi
- Berikut Syarat Saat Daftar MyPertamina, Beda Kendaraan Beda Persyaratan
- Viral Lowongan Buzzer Buat Naikkan Rating MyPertamina, Roy Suryo: Beginilah Kalau Dikelola Secara Amburadul
“Sekarang yang harus disubsidi Pemerintah itu mobilnya atau masyarakat miskinnya. Sebab banyak orang kaya yang memiliki mobil baru dengan cc dibawah 2.000 cc. Sehingga subsidi BBM dengan kreteria mobil dibawah 2.000 cc tidak adil bagi masyrakat miskin. Dan tak tepat sasaran,” ujarnya.
Katanya, buat menggendalikan penggunaan BBM bersubsidi, yakni dengan membuat Perpres kendaraan yang bisa membeli BBM bersubsidi. Pada aturan itu, nantinya hanya sepeda motor, kendaraan angkutan barang dan mobil angkutan umum yang bisa menggunakan BBM bersubsidi.
Maka dengan itu, kata Fahmy bakal lebih mudah untuk menggendalikan konsumsi BBM bersubsidi.
Di samping itu, Fahmy tidak melihat adanya motif politik dari penggunaan MyPertamina untuk pengendalian BBM bersubsidi.
“Tidak benar anjuran pengendalian BBM subsidi menggunakan MyPertamina karena motif politik seperti untuk mendukung Erick Thohir untuk menjadi Presiden. Ini murni inisiatif Kementerian ESDM dan Pertamina untuk merespons kemarahan Presiden Jokowi yang melihat subsidi BBM yang besar sekali. Namun respons Pertamina yang cepat itu tak tepat dan tak efektif,” bebernya.
Katanya, bila Erick Thohir memakai isu MyPertamina sebagai alat untuk mendongkrak elektabilitasnya, maka salah besar dan bukan langkah yang baik. Sebaliknya, penggunaan MyPertamina itu bakal menurunkan elektabilitas Erick Thohir.
“Saya yakin Erick Thohir tak menggunakan isu pengendalian BBM subsidi dengan menggunakan MyPertamina. Jika MyPertamina dijadikan sarana untuk mendongkrak elektabilitas tentu itu salah besar. Justru itu akan menjatuhkan Erick Thohir. Jika Pertamina menggunakan MyPertam untuk mendongkrak elektabilitas, seharusnya Erick Thohir marah,” jelasnya Fahmy.