Terkini, Makassar – Sabtu malam, 20 September 2025, Sekretariat Dewan Kesenian Sulawesi Selatan (DKSS) di Jalan Malengkeri Rsya no. 12A dipenuhi suasana hangat. Komite Film dan Media Baru DKSS menggelar diskusi dan pemutaran film “Marege; Awaiting Macassan”, sebuah dokudrama yang merekam jejak sejarah pelaut Makassar dengan masyarakat Yolngu di Australia Utara.
Film garapan sutradara Ahmad Wildan Noumeiru ini menyoroti kisah keluarga Husein Daeng Rangka, nakhoda Makassar terakhir yang berlayar ke Australia pada 1906. Setelah pelayaran itu, pemerintah Australia menghentikan izin masuk bagi para pelaut Makassar. “Saya ingin menyampaikan pesan dengan sederhana tanpa kehilangan makna,” kata Wildan.
Malam pemutaran film semakin istimewa karena mempertemukan dua garis keturunan Husein Daeng Rangka: Kaharuddin Dg. Lewa dari Makassar, serta Nebbie Yunupingu dan David Yunupingu-Burarwanga dari Australia. Hadir pula peneliti asal Cape Town, Afrika Selatan, Tania Pettersen, yang meneliti Syekh Yusuf.
Diskusi film menghadirkan tiga narasumber: Nurabdiansyah (Abi), dosen seni rupa UNM sekaligus pendiri Macassan Art, Research and Global Encounters (MAREGE); Asia Ramli Prapanca, maestro teater Makassar yang meneliti interaksi sejarah Makassar–Aborigin; serta sang sutradara Ahmad Wildan. Diskusi dimoderatori Risya Marennu dari Unhas.
Abi menekankan pentingnya menghidupkan kembali sejarah besar ini di tanah sendiri. “Sejarah sebesar ini justru minim dibicarakan di Makassar. Padahal Islam pelaut Makassar meninggalkan jejak mendalam,” ujarnya. Asia Ramli menambahkan, hubungan Makassar dan Yolngu bahkan terekam dalam bahasa. “Ada kata-kata seperti berasa, baine, camba, ballok, kaluru yang diadopsi Yolngu. Identitas itu juga ada di kapal padewakang.”
- Makassar Siap Gelar Pemilihan RT/RW: Polrestabes Terjunkan 400 Polisi Turun Amankan Lokasi TPS
- Banyak Aduan Parkir Liar Meresahkan, Wali Kota Makassar Akan Lakukan Pembenahan Sistem Regulasi
- Laksanakan Pengawasan APBD, Ketua DPRD Sulsel Sampaikan Jalan Hertasning Segera Diperbaiki
- McDonalds Renovasi Fasilitas Olahraga SMPN 26 Makassar
- Pertamina Patra Niaga Sulawesi Dukung Penguatan Kompetensi Pengasuh Anak Lewat Program TAMASYA
Ketua DKSS, Arifin Manggau, menyambut positif film tersebut. Ia mengenang keterlibatannya sebagai komposer dalam pertunjukan kolaborasi The Eye of Marege. “Film ini membuka kemungkinan untuk dikembangkan lebih luas,” katanya.
Muhajir dari Komite Film DKSS melihat pemutaran ini sebagai pemantik awal program ke depan. “Kami membayangkan bioskop keliling, atau forum rutin di sekretariat DKSS untuk sineas Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Selain keluarga dan peneliti, hadir pula seniman dan budayawan seperti Mahrus Andis, Yudsitira Sukatanya, Hasymi Ibrahim, Armin Topotiri, serta legislator Makassar Andi Makmur Burhanuddin. Para pemain film Marege juga turut memeriahkan acara.
Tepuk tangan panjang menutup malam itu. Sebuah malam yang bukan hanya tentang film, melainkan juga tentang ikatan lintas laut dan waktu. Karena di Arnhem Land, masyarakat Yolngu masih percaya: kapal padewakang dari Makassar suatu hari akan kembali.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
