Puji-Puji Presiden Jokowi Genius, Professor Singapura Bandingkan Negara Lain Pilih Penipu sebagai Pemimpin
Komentar

Puji-Puji Presiden Jokowi Genius, Professor Singapura Bandingkan Negara Lain Pilih Penipu sebagai Pemimpin

Komentar

Terkini.id, Jakarta – Kishore Mahbubani, Profesor National University of Singapore, melayangkan pujian setinggi langit kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan menyebutnya sebagai sosok yang genius.

Ya, dalam tulisannya, Profesor Mahbubani mengatakan bahwa Presiden Jokowi genius dan merupakan seorang pemimpin paling efektif di dunia.

Adapun penilaian atas Presiden Jokowi itu ia paparkan dalam sebuah artikel berjudul ‘The Genius of Jokowi’.

Artikel tersebut terbit di Project Syndicate, sebuah media nirlaba yang berfokus pada isu internasional pada 6 Oktober 2021 lalu.

Di sana, ia membandingkan Presiden Jokowi dengan pemimpin-pemimpin negara lain yang disebutnya sebagai penipu.

DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

“Pada saat bahkan beberapa negara demokrasi kaya memilih penipu sebagai pemimpin politik mereka, keberhasilan Presiden Indonesia, Joko Widodo, layak mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih luas,” ungkapnya, dikutip terkini.id dari Project Syndicate via Medcom pada Jumat, 8 Oktober 2021.

“Dia memberikan model pemerintahan yang baik yang dapat dipelajari oleh seluruh dunia,” sambungnya.

“Ketika Pemerintah Afghanistan runtuh baru-baru ini, seluruh dunia menyaksikan, tetapi ketika Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar, menghasilkan pemimpin yang dipilih secara demokratis paling efektif di dunia saat ini,” tuturnya lagi.

“Presiden Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi, hampir tidak ada orang di luar nusantara yang mengetahui ceritanya,” imbuh Profesor Mahbubani.

“Kisah itu semakin luar biasa karena Jokowi sukses di salah satu negara paling sulit di dunia untuk diperintah.”

Seperti diketahui, Indonesia membentang 5.125 kilometer dari timur ke barat, membuatnya lebih luas dari benua Amerika Serikat, dan terdiri dari 17.508 pulau.

Selain itu, katanya hanya sedikit negara besar yang dapat menandingi keragaman etnis Indonesia.

“Ketika ekonomi Indonesia menyusut 13,1 persen pada tahun 1998 sebagai akibat dari krisis keuangan Asia, banyak pakar meramalkan bahwa negara akan runtuh seperti Yugoslavia.”

Dengan latar belakang itu, Presiden Jokowi dinilai telah melakukan lebih dari sekadar memerintah secara kompeten.

Ia dianggap telah menetapkan standar pemerintahan baru yang seharusnya membuat iri negara-negara demokrasi besar lainnya.

Di mata Profesor Mahbubani, Presiden Jokowi telah menjembatani kesenjangan politik Indonesia.

Hampir satu tahun setelah Joe Biden memenangkan Pemilihan Presiden AS 2020, 78 persen dari Partai Republik masih tidak percaya ia terpilih secara sah.

Biden menjabat sebagai senator AS selama 36 tahun, tetapi tidak dapat menyembuhkan perpecahan partisan Amerika.

“Sementara untuk Jokowi, capres dan cawapres yang dikalahkanya dalam pemilihannya kembali pada 2019, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, kini menjabat di kabinetnya (masing-masing sebagai menteri pertahanan dan menteri pariwisata),” tambah tulisan dari Profesor Mahbubani.

Lebih khusus lagi, Presiden Jokowi dinilai telah membalikkan momentum pertumbuhan partai-partai paling ‘Islamis’ di Indonesia, sebagian dengan menjadi inklusif.

Sementara Presiden Jair Bolsonaro telah memperdalam perpecahan di Brasil, negara yang populasinya mirip dengan Indonesia, Presiden Jokowi telah menyatukan kembali negaranya secara politik.

“Seperti yang dia katakan kepada saya dalam sebuah wawancara baru-baru ini, pilar ketiga ideologi Indonesia, Pancasila, menekankan persatuan dalam keragaman,” ujarnya lagi.

“Untuk itu, pembangunan koalisinya yang terampil menyebabkan disahkannya Omnibus Law tahun lalu yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru,” pungkas Profesor Mahbubani.