Terkini.id, Jakarta – Di Indonesia, santer tersebar mitos kehamilan yang sangat diyakini kebenarannya oleh sebagian masyarakat. Padahal, banyak dari mitos-mitos tersebut tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Oleh karenanya, saat menjalani masa kehamilan, ada baiknya calon ibu mengetahui mitos dan fakta kehamilan berikut ini.
1. Ibu hamil harus makan banyak
Mitos kehamilan yang sering terdengar adalah adanya anggapan bahwa perempuan hamil harus makan dalam jumlah banyak agar janin tumbuh lebih besar dan sehat. Bahkan tak jarang disebutkan untuk mengonsumsi makanan sebanyak dua porsi sekaligus, yang dimaksudkan untuk dirinya dan janin dalam kandungan.
Faktanya, ibu hamil memang memerlukan nutrisi dan kalori lebih banyak, namun bukan berarti harus menyantap makanan dalam jumlah banyak. Hal penting yang harus diperhatikan adalah nutrisi saat hamil dan makan secukupnya agar tidak terlalu gemuk. Kegemukan saat hamil rentan menyebabkan diabetes selama kehamilan (diabetes gestational) dan mengalami kesulitan saat persalinan.
2. Jangan mengonsumsi seafood saat hamil
Mengonsumsi udang, gurita, dan cumi-cumi saat hamil dipercaya dapat membuat proses persalinan tidak berjalan lancar dan ari-ari tidak dapat keluar. Namun, itu hanyalah mitos. Nyatanya, baik udang, gurita, maupun cumi-cumi merupakan makanan bergizi tinggi yang direkomendasikan untuk ibu hamil.
Adapun proses persalinan tidak lancar, disebabkan faktor-faktor lain dan tidak ada kaitannya dengan mengonsumsi seafood. Kondisi ari-ari yang tidak dapat keluar biasanya terjadi pada ibu hamil usia muda atau karena terlalu banyak melahirkan.
3. Melakukan seks saat hamil
Ada dua mitos kehamilan terkait berhubungan intim yang beredar di masyarakat. Pertama, sama sekali tidak boleh berhubungan saat hamil karena menyebabkan keguguran. Kedua, sebaiknya sering berhubungan intim agar segera melahirkan.
Informasi yang pertama tentu hanya mitos belaka. Selama kehamilan normal dan sehat, berhubungan intim saat hamil tentu diperbolehkan dan terbilang aman karena janin di dalam kandungan terlindung oleh kantung ketuban, otot rahim, serta lendir tebal yang menutupi leher rahim.
Sementara mitos yang kedua, tidak sepenuhnya keliru. Hormon prostaglandin dalam sperma dapat menimbulkan kontraksi rahim dan melembutkan leher rahim sehingga memungkinkan persalinan menjadi lebih lancar. Namun, berapa kalipun melakukan seks tidak membuat ibu segera melahirkan.
4. Bentuk perut ibu menunjukkan jenis kelamin janin
Hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehamilan adalah ajang menebak-nebak jenis kelamin janin dari bentuk perut ibunya. Jika perut terlihat meninggi, maka janin berjenis kelamin perempuan. Sebaliknya, jika terlihat turun ke bawah maka janin berjenis kelamin laki-laki.
Faktanya, bentuk serta tinggi-rendahnya perut ibu saat hamil berdasar pada kekuatan otot perut serta posisi janin dalam kandungan. Hal tersebut tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin janin yang dikandung.
5. Sering melakukan USG dapat membahayakan janin
Anggapan bahwa terlalu sering melakukan USG (ultrasonografi) dapat membahayakan janin sudah lama simpangsiur di kalangan masyarakat. Anggapan tersebut muncul karena kekhawatiran adanya efek samping yang dapat membuat janin mengalami masalah tumbuh kembang.
Akan tetapi, sejak USG pertama ditemukan, pemeriksaan USG tidak mengakibatkan gangguan pada ibu dan janin. Pemeriksaan ini juga aman dilakukan berulang-ulang lantaran memberikan manfaat yang sangat besar, seperti mendeteksi posisi janin atau memeriksa detak jantung janin.