Terkini.id, Makassar – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (BI Sulsel) Causa Iman Karana menyebut Sulsel mengalami inflasi sebesar 0,28 persen (mtm) pada Mei 2022.
Angka ini, kata dia, lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1,21 persen (mtm).
Menurutnya, Hari Raya Idulfitri yang dirayakan pada Mei 2022 turut mempengaruhi realisasi inflasi di Sulsel. Secara umum, peningkatan konsumsi masyarakat selama periode Hari Raya Idulfitri mendorong terjadinya kenaikan harga komoditas.
Meskipun demikian, realisasi inflasi Sulsel tetap berada pada level yang terkendali. Hal ini, kata Causa, tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel dalam menjaga stabilitas harga.
“Bank Indonesia bersama dengan TPID di wilayah Sulsel berkomitmen untuk terus bersinergi menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif) dan penguatan kerja sama antar daerah,” kata dia, Jumat, 3 Juni 2022.
- BI Sulsel Dorong Percepatan Investasi, Ada Business Matching dengan Investor Korea Hingga Jepang
- BI Sulsel dan TNI AL Lanjutkan Ekspedisi Rupiah Berdaulat ke Pulau Terluar
- Panen dan Cuaca Perlambat Inflasi Bulanan di Sulawesi Selatan
- Peluncuran Zona Khas Lego-Lego: Bank Indonesia Dorong Pengembangan Ekonomi Syariah di Sulsel
- BI Sulsel Siapkan Rp5,8 Triliun untuk Memenuhi Kebutuhan Uang Tunai Selama Ramadan
Inflasi bulanan di Sulsel utamanya disumbang oleh Kelompok Transportasi; dan Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan inflasi masing-masing sebesar 1,99 persen dan 0,52 persen (mtm).
Inflasi kelompok Transportasi memiliki andil sebesar 0,23 persen, terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara akibat meningkatnya permintaan seiring pelonggaran pembatasan perjalanan masyarakat pada momen cuti bersama Hari Raya Idulfitri.
Sumbangan inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga terutama berasal dari kenaikan tarif air minum PAM.
Di sisi lain, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar -0,23 persen (mtm), terutama disebabkan oleh menurunnya harga cabai rawit, cabai merah, bayam, dan tomat, seiring pasokan yang tetap terjaga.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Suntono telah menjelaskan, berdasarkan datanya, secara spasial dari 5 kota IHK (Bulukumba, Makassar, Palopo, Pare-pare, dan Watampone) di Sulsel, inflasi bulanan tertinggi dialami oleh Kota Pare-pare sebesar 1,88 persen (mtm), sedangkan inflasi bulanan terendah dialami oleh Kota Makassar yaitu sebesar 0,13 persen (mtm).
Secara tahun kalender, inflasi Sulsel tercatat sebesar 2,58 persen (ytd) atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,29 persen (ytd).
Sementara itu secara tahunan, Sulsel mengalami inflasi sebesar 3,33 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 3,55 persen (yoy) dan berada dalam sasaran inflasi nasional tahun 2022 yaitu 3,0±1 persen.