Terkini.id, Jakarta- Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming tanggapi polemikBanteng vs Celeng di tubuh PDI Perjuangan (PDIP). Gibran menyebut bahwa dirinya dekat dengan semua.
Awalnya, penyebutan celeng ini dilontarkan oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PDI Perjuangan Bambang Wuryanto yang akrab disapaBambang Pacul.
Saat itu, Bambang Pacul menyebut kader PDIP yang mendukung Ganjar Pranowo menjadi Capres 2024 bukanlah banteng, melainkan celeng.
Menanggapi hal tersebut, Gibran menyampaikan, dirinya dekat dengan Ganjar Pranowo ataupun Bambang Pacul.
“Saya dekat dengan semua, saya menganggap beliau-beliau itu sebagai senior, mentor,” ujarnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu 16 Oktober 2021.
“Ini bukan masalah dukung mendukung, Pak Ganjar itu kan atasan saya, Gubernur (Jawa Tengah). Apapun itu, saya pasti konsultasi,” jelas putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.
Selanjutnya, ada pernyataan dari Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo. Rudy mengatakan mendukung kader yang dikatakan sebagai banteng dan celeng.
Rudy juga menegaskan jika Ganjar Pranowo tak pernah minta untuk dideklarasikan menjadi Capres 2024. Mengenai pernyataan Rudy itu, Wali Kota Solo ini memberikan apresiasi.
Lagi-lagi Gibran tidak memberi tanggapan. Ia hanya menegaskan bahwa kini dirinya tengah fokus pada penanganan Covid-19.
“Saya fokus penanganan Covid-19,” ungkap Gibran.
“Saya rasa statement (pernyataan) yang sudah dikeluarkan Pak Rudy ini agak menyejukkan.”
“Kemarin agak ‘panas’, statement dari Pak Rudy ini sangat menyejukkan,” tegas dia.
Seperti yang diketahui, bahwa sebelumnya, FX Hadi Rudyatmo mengaku mendukung kader PDIP yang tergabung dalam banteng celeng.
“Saya sangat mendukung dengan teman-teman yang dikatakan banteng celeng ini, tak perlu berkecil hati, dan itulah demokrasi,” ujarnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Kamis 14 Oktober 2021.
Sementara itu, PDIPmenegaskan komitmennya untuk terus memperkuat tradisi demokrasi Pancasila yang mengakar pada budaya bangsa.
Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan, demokrasi di Indonesia bukan demokrasi elektoral-individual.
Menurutnya, demokrasi Indonesia mengacu pada budaya bangsa yang mengedepankan gotong-royong, musyawarah, dan kepemimpinan yang didukung oleh spirit kolektivitas bukan individual.
“PDI Perjuangan sendiri telah membangun demokrasi yang semakin matang, agar lahir pemimpin bangsa yang hebat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin politik dari tingkat pusat hingga daerah yang disiapkan melalui mekanisme kaderisasi kepemimpinan Partai,” ujarnya, dilansir dari Kompas, Jumat 16 Oktober 2021.
Hasto menyebut, keputusan terhadap siapa capres dan cawapres PDI Perjuangan, Kongres V Partai telah memberikan mandat kepada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
“Pengumuman akan dilakukan pada momentum yang tepat. Semua memerlukan pertimbangan yang matang, bukan asal deklarasi. Itulah tata cara melahirkan pemimpin, perlu pertimbangan matang dan jernih,” jelas Hasto.
Saat ini PDI Perjuangan, melihat ada sekelompok kepentingan yang tidak mau bekerja keras melakukan kaderisasi secara sistemik. Lalu, mengambil jalan pintas dengan mencalonkan orang tertentu dengan berbagai subjektivitas kepentingan.
“Partai terus mencermati dinamika politik yang berkembang. Seluruh kader dan anggota Partai terus memegang disiplin dan lebih memilih membantu rakyat di dalam seluruh program recovery atas dampak pandemi,” imbuh Hasto.