Terkini.id, Jakarta – Perusahaan tambang yang beroperasi di Sulawesi, PT Vale Indonesia (INCO) resmi meneken kerja sama dengan dua perusahaan asal China, Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Smelter nikel yang dibangun tersebut berlokasi di Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Kerja sama pembangunan smelter tersebut ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Investasi Blok Bahodopi antara PT Vale Indonesia, TISCO dan Shandong Xinhai Technology di Hotel Borobudur, Jakarta pada Selasa 6 September 2022.
Untuk memulai proyek pembangunan smelter tersebut, Vale dan dua perusahaan China itu mengeluarkan investasi seebsar USD 2,1 miliar untuk pembangunan pabrik, serta USD 300 juta untuk pembangunan fasilitas LNG.
Lewat konferensi pers, Direktur PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto mengungkapkan, smelter yang dibangun tersebut tetap memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan, sehingga pihaknya menggunakan sumber energi LNG sebagai bahan bakar pabrik smelter.
- Vale Perkuat Peran dalam Riset dan Pendidikan, Teken MoU dengan Unhas
- Vale Bangun Nursery di Pomalaa, Bakal Produksi 1 Juta Ton Bibit Pohon Per Tahun
- Punya Megaproyek Hilirisasi Nikel, Vale Indonesia Turut Andil Dalam Proyek Strategis Nasional
- Vale Kenalkan Taman Kehati sebagai Komitmen Keberlanjutan di Balairung UGM
- Bos PT Vale Tegaskan Prinsip Keberlanjutan yang Dipegang untuk Memulai Proyek HPAL di Sorowako
Bernardus Irmanto menambahkan, dengan total investasi nilainya setara Rp31,2 triliun tersebut, Vale memegang saham hingga 49 persen sedangkan TIsco dan Xinhai memegang 51 persen.
Terkait kepemilikan saham perusahaan China tersebut, Bernardus mengungkapkan, Tisco dan Xinhai nantinya akan membentuk perusahaan Join Venture (JV) yang berlokasi di Singapura.
“Perusahaan JV ini yang nanti akan masuk ke proyek Bahodopi,” ungkap Bernardus.
Adapun pendanaan proyek tersebut, kata dia, akan bersumber dari pembiayaan bank sebanyak 70 persen, selebihnya yakni 30 persen bersumber dari ekuitas masing-masing pemegang saham.
Proyek di Blok Bahodopi ini rencananya akan memproduksi feronikel dengan kapasitas produksi sudah di antara 73 -80 kilo ton per tahun.
Dengan mengusung penggunaan energi bersih, proyek ini akan menggunakan tenaga LNG untuk kelistrikan. Adapun, kebutuhan LNG untuk proyek ini dalam setahun sekitar 22 juta mmbtu per tahun.
Direktur Utama Vale Indonesia, Febriany Eddy menjelaskan, Proyek Smelter Bahodopi yang akan memproduksi feronickel tersebut sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Smelter Bahodopi bakal menggunakan teknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF) dalam proses pengolahannya. Kapasitas produksinya direncanakan sebesar 73.000 hingga 80.000 metrik ton nikel per tahun. Proyek ini diharapkan dapat rampung pada akhir tahun 2025 mendatang.
Untuk bisa memproduksi nikel, total kebutuhan LNG pabrik tersebut diperkirakan mencapai 22 juta MMBTU. Untuk itu, pihaknya telah melakukan kordinasi dengan SKK Migas untuk kerjasama pasokan LNG.
“SKK Migas sedang menunjuk beberapa perusahaan untuk diskusi lebih lanjut apakah di akhir 2025 atau 2026 ada yang siap utuk suplai,” imbuh Bernardus.
Ia menambahkan, jika kemudian kebutuhan LNG sulit untuk terpenuhi maka Vale Indonesia bakal bernegosiasi dengan pemerintah untuk membuka peluang impor LNG demi memenuhi kebutuhan Smelter Bahodopi.
Febriany menjelaskan, sejauh ini sejumlah pengerjaan awal proyek telah dilakukan.
“Oktober sudah (bisa) mobilisasi ke lapangan. Banyak persiapan konstruksi yang sudah dilakukan di lapangan. Kita dalam proses akuisisi lahan dan perizinan sebagian besar sudah,” pungkas Febriany.