Wanita Pengidap Vaginismus Alami Peningkatan, Ini Penjelasan Dokter

Wanita Pengidap Vaginismus Alami Peningkatan, Ini Penjelasan Dokter

SW
R
St. Wahidayani
Redaksi

Tim Redaksi

Terkini.id, Jakarta – Memasuki usia pernikahan kisaran 20-30 tahun, Seorang Dokter Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari Merr Surabaya, Dr. dr Eighty Mardiyan K, SpOG (K) menyebut tren wanita dengan kondisi vaginismus mengalami peningkatan.

Dia mengatakan setidaknya, ada 12-15 pasien dalam satu bulannya rutin berkonsultasi kepadanya soal masalah tersebut. Bahkan salah satu pasien yang mengeluh kepadanya dua kali menikah gara-gara masalah tersebut.

“Dia sampai menangis minta harus dibantu. Karena sejak pernikahan pertama, dia ditinggal karena tidak bisa berhubungan,” ujarnya,

Setelah dilakukan pemeriksaan, lanjut Dr Eighty, gejalanya bukan hanya menutup, melainkan juga keringat dingin, bahkan bisa hingga menangis sampai pingsan.

Ia juga menjelaskan bahwa vaginismus disebabkan adanya kontraksi pada daerah otot-otot di sekitar area sensitif wanita.

Kontraksi itu dibagi menjadi dua. Kata Dr Eighty, pertama, kontraksi volunter yang bekerja di bawah pengaruh saraf sadar. Kedua, kontraksi involunter yang bekerja secara tidak sadar. Dikutip dari Jpnn. Rabu, 24 November 2021.

Sementara jenis vaginismus, lanjut dr Eighty, dibagi menjadi dua. Pertama, vaginismus primer, yaitu kelainan tidak bisa dimasukkan sedari awal saat berhubungan suami istri.

Kedua, vaginismus sekunder, yakni kondisi saat seseorang pernah mengalami penerobosan pada saat hubungan suami istri. Kemudian, karena satu hal menjadi penyebab munculnya penyakit tersebut.

“Prinsip pengobatannya tergantung pada penyebab. Karena itu, harus dilakukan pemeriksaan secara detail, meliputi sisi psikologis maupun anatomisnya,” tuturnya.

Jika disebabkan karena faktor psikologi, seperti rasa terlalu takut, jangan malah dipaksa karena justru makin memperparah kondisinya, bahkan menyebabkan trauma.

“Psikologis dan anatominya juga dibenahi. Terapinya macam macam, mulai latihan kegel untuk melatih otot-otot di seputar area kewanitaaan sehingga bisa berkontraksi dan berelaksasi sesuai kemampuan,” paparnya.

Pengobatanya juga bisa dilakukan dengan cara dilatasi mandiri. Pasien menyiapkan alat dilator sendiri, dari yang paling kecil hingga besar.

“Bisa juga dibantu oleh pihak kedokteran dengan memberikan injeksi botoks di seputar otot-otot di daerah kewanitaan supaya dapat terjadi relaksasi,” jelasnya.

Hubungan seksual, lanjut Dr Eighty, bukan segalanya bagi suami istri. Akan tetapi hubungan suami istri tanpa hubungan seksual mungkin jadi kurang atau bahkan hambar.

“Karena bagaimanapun juga, hubungan seksual itu bukan hanya rekreasi, tetapi juga upaya untuk meneruskan keturunan,” pungkasnya.

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.