Anies Dituding Beli Penghargaan, Geisz: Lu Pikir Seperti Ijazah Lu yang Modal Nyetak di Jl Pramuka

Anies Dituding Beli Penghargaan, Geisz: Lu Pikir Seperti Ijazah Lu yang Modal Nyetak di Jl Pramuka

HZ
Hasbi Zainuddin

Penulis

Terkini.id, Jakarta – Pendukung Anies Baswedan yang juga komisaris di Ancol, Geisz Chalifah melawan tudingan yang menyebut penghargaan yang diraih Pemprov DKI adalah hasil beli.

Seperti diketahui, Pemprov DKI Jakarta yang dipimpin Gubernur Anies Baswedan meraih sejumlah penghargaan dalam beberapa waktu terakhir.

Sejumlah netizen pun heran dengan penghargaan yang terlalu banyak itu, yang angkanya mencapai hingga 53 penghargaan dalam satu tahun.

Geisz Chalifah membantah. Dia menyebut bahwa penghargaan tersebut merupakan apresiasi dari hasil kerja Pemprov DKI Jakarta dan kolaborasi yang dibangun.

“Jakarta terus menerus dapat apresiasi dari hasil kerja kolaborasinya. Lalu kaum ODDO (Otak Dikit Dongonya Original) bilang: Penghargaan itu hasil dibeli.

Baca Juga

Lu pikir spt ijazah atau skripsi elu yang cuma modal nyetak di jalan Pramuka,” ungkapnya.

Dia mencontohkan, salah satu penghargaan yang diterima Anies Baswedan adalah penghargaan yang diberikan oleh Wapres RI, KH Maruf Amin.

“Jadi maksud luh pak Wapres jualan penghargaan gitu? Kaum ODDO selalunya koment dulu dongo kemudian #JalartaKotaJuara,” ungkapnya.

Sebelumnya, pegiat media sosial, Rudi Valinka menuding Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan “membeli” penghargaan.

Ia mengungkapkan bahwa dalam 1 tahun, Anies menerima 53 penghargaan, maka dalam lima tahun, sang Gubernur bisa membuka tokoh piala.

“Satu tahun aja bisa 53 penghargaan ngeri kali kalo sampe 5 tahun, tahun depan dia akan buka toko piala,” kata Rudi Valinka pada Senin, 20 Desember 2021 melalui akun Twitter pribadinya.

Bersama pernyataannya, Rudi Valinka membagikan tangkapan layar berita RMOL berjudul “Kerap Disebut Tak Bisa Kerja, Ternyata Anies Borong 53 Penghargaan Sepanjang 2020”.

“1 tahun 54 minggu, jadi kalo dapat 53 penghargaan, maka tiap minggu dia ‘beli’ 1 penghargaan,” kata Rudi Valinka.

Jadi cocok kalo selama 1 minggu kerjanya cuma memilih-milih proposal penghargaan mana yang harus dia terima,” lanjutnya. Dalam cuitannya yang lain, Rudi Valinka juga menceritakan kisah di tahun 2015 ketika ia berbicara dengan Gubernur DKI Jakarta.

Sebagaimana diketahui, saat itu jabatan Gubenur DKI Jakarta masih dipegang oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Ketika itu, kata Rudi Valinka, ia bertanya mengapa Ahok tidak mau menerima penghargaan yang ditawarkan oleh lembaga pemerintah ataupun non pemerintah.

“Jawabnya: Ngapain? Masa kita harus bayar dalam bentuk sumbangan acara, tuh proposalnya Numpuk (nunjuk ke meja),” kata Rudi Valinka.

Ia melanjutkan bahwa jika Gubernur DKI ingin mendapatkan penghargaan, sehari 3x juga bisa dengan syarat mau membayar dalam bentuk-bentul yang terselubung, dalam hal ini proposal acara.

“Nah kalo gue jangankan untuk penghargaan, untuk penilaian BPK yang kata staf harus pakai ‘entertain’ aja gue gak mau, makanya nilai gue jelek,” katanya meniru perkataan Ahok.

Lebih lanjut, Rudi Valinka menyebut bahwa penghargaan-penghargaan yang diberikan adalah salah satu jalan pintas bagi ‘oknum’ kepala daerah untuk menaikkan popularitas tanpa perlu kerja. “Cukup bayar lalu jejerin tuh plakat-plakat palsunya. Lalu kacung-kacungnya yang ngeramein ‘keberhasilan palsu’ ini. Gue kalo ingat ini jadi ketawa lagi,” katanya.

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.