Terkini.id, Makassar – Perekonomian Sulawesi Selatan mulai membaik di tengah ketidakpastian ekonomi Sulsel triwulan III- 2020. Secara umum mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan II-2020 meskipun masih berada dalam zona kontraksi.
Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) Endang Kurnia Saputra mengatakan pada triwulan III-2020, tercatat pertumbuhan masih berada pada -1,08% (yoy).
Angka ini lebih baik dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang mencapai -3,86% (yoy).
“Dari sisi pengeluaran, perbaikan kinerja ini didorong oleh mulai menggeliatnya beberapa lapangan usaha di Sulawesi Selatan seperti konstruksi, perdagangan, hingga industri pengolahan,” kata Endang, Sabtu, 7 November 2020.
Kondisi ini sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia yang menangkap peningkatan kegiatan usaha. Dari sisi permintaan, konsumsi mulai membaik meskipun masih tumbuh negatif.
- Sekprov Sulsel Terima Konjen Jepang Bahas Penguatan Kerja Sama Vokasi, Teknologi, dan Peluang Magang ke Jepang
- Wali Kota Makassar Buka UMKM Fiesta Semarak HUT Kota ke-418
- Bank Dunia Jadikan Sulsel Sebagai Kajian Pembiayaan Daerah
- Home Charging PLN Kian Diminati, PLN Hadir di GIIAS Makassar 2025
- Munafri Arifuddin Gagas Bulan UMKM untuk Perkuat Ekonomi Kerakyatan Makassar
“Mobilitas masyarakat juga memperlihatkan kondisi pemulihan ke arah periode sebelum pandemi,” ujarnya.
Kendati begitu, secara umum, kata Endang, perbaikan ekonomi di triwulan 3 masih belum optimal lantaran belanja pemerintah yang masih belum terealisasi maksimal.
Selain itu, kinerja ekspor juga masih menahan perbaikan kinerja permintaan lebih lanjut. Sulawesi Selatan pada Oktober 2020 mengalami deflasi -0,09%
“Perkembangan inflasi Sulawesi Selatan tercatat masih berada dalam kisaran target,” kata dia.
Secara bulanan, Oktober 2019 Sulsel mengalami deflasi sebesar -0,09% (mtm) menurun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,02% (mtm).
Sedangkan secara tahunan, inflasi bulanan Sulawesi Selatan pada bulan Oktober 2020 tercatat sebesar 1,46% (yoy) lebih rendah dibandingkan bulan September sebesar 1,64% (yoy).
Menurutnya, komoditas penyumbang inflasi utama, antara lain cabai merah, udang basah, cabai rawit, dan daging ayam ras.
“Kenaikan harga ini sejalan dengan masih belum masuknya masa panen komoditas pertanian utama (cabai) dan cuaca ekstrim yang menjadi lapangan budidaya (seperti udang basah), serta meningkatnya permintaan dalam rangka menjelang hari raya Maulid Nabi,” tuturnya.
Sementara yang mendorong terjadinya deflasi di bulan Oktober 2020 utamanya disebabkan intervensi harga pada komoditas administered prices dan sayuran.
Namun, kata Endang, subsidi pemerintah pada tarif penerbangan jalur Makassar-Toraja, dan masuknya musim panen tomat, wortel, bayam, dan jagung manis, dan telur ayam telah menahan laju inflasi.
“Harga emas juga masih tertahan mengikuti tren penurunan harga emas dunia,” pungkasnya.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
