Belakangan Anies Sering ke Warung, Pengamat Duga Pencitraan atau Pengalihan: Tiba-Tiba, Kenapa Gak Dari Dulu? Janggal!

Belakangan Anies Sering ke Warung, Pengamat Duga Pencitraan atau Pengalihan: Tiba-Tiba, Kenapa Gak Dari Dulu? Janggal!

FR
Fitrianna R
Redaksi

Tim Redaksi

Terkini.id, Jakarta – Belakangan ini, Gubernur DKI Jakarta, yakni Anies Baswedan, memang sering terlihat dan mengunggah potret makan di warung-warung pinggiran.

Ya, Anies Baswedan kerap terlihat di beberapa warung. Mulai dari makan di warteg hingga warung gudeg.

Menanggapi aksi tersebut, rupanya banyak netizen yang melontarkan beragam opini mereka.

Ada yang bangga dan sangat mendukung aksi Anies, tetapi tak sedikit pula yang mencibir dan mengatakan bahwa itu hanya pencitraan semata.

Tak ingin ketinggalan, pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia (UI), Lisman Manurung, turut buka suara dan berpendapat.

Baca Juga

Menurutnya pribadi, apa yang dilakukan Anies tampak janggal. Pasalnya, Gubernur DKI Jakarta tersebut bukan termasuk orang yang memiliki kebiasaan makan di warung pinggiran sejak dulu.

“Ini, kan, tiba-tiba. Kenapa enggak dari dulu? Ya, agak janggal saja, sih,” ujar Lisman, sebagaimana dikutip terkini.id dari SINDOnews pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Berbeda jika sejak dulu Anies memang memiliki kebiasaan makan di warung pinggir jalan, maka ketika dia menjadi pejabat dan melakukan hal yang sama sehingga tidak akan menjadi pertanyaan.

Lisman menduga bahwa Anies sedang berupaya menarik perhatian publik dan masyarakat dengan berbagai cara, termasuk dengan makan di warung pinggir jalan.

“Iya, bisa jadi menarik perhatian. Dengan begitu (makan di warung pinggir jalan) bisa dipersepsikan beliau adalah orang yang merakyat,” tukasnya.

Hal yang dilihat Lisman adalah kemungkinan juga ini menjadi upayanya dalam menampik pro kontra proyek sirkuit balapan Formula E.

Dengan berbagai opini terhadap proyek tersebut, maka mungkin Anies merasa ada yang harus dialihkan.

“Di tengah tudingan perhatian terhadap industri kecil itu tersisih dengan proyek balap mobil, mungkin beliau merasa ada yang harus dialihkan. Hanya ingin menunjukkan bahwa proyek besar tidak menunjukkan apa-apa,” sambungnya. 

Seperti yang kita tahu, menjadikan kawasan Monas sebagai sirkuit itu memang belum pernah dilakukan oleh gubernur-gubernur terdahulu.

Terlebih kawasan Monas dianggap “sakral” oleh banyak orang sehingga tidak ada yang berani mengubahnya secara total.

“Sekarang kalau ditanya itu kan tidak populer punya satu balap. Ini agak beda. Menerabas banyak hal yang sebelumnya dianggap itu jangan diutak-atik Monas-lah. Kan orang merasa itu keramat. Dia (Anies) berhasil membawa yang diharapkan berubah, tapi bukan perubahan tapi ketidakpahaman publik,” pungkasnya.

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.