Terkini.id, Jakarta – Menteri BUMN RI, Erick Thohir diduga ikut masuk ke dalam lingkaran bisnis tes PCR yang kini tengah menjadi sorotan publik.
Pernyataan ini disampaikan oleh Mantan Direktur Publikasi dan Pendidikan Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Agustinus Edy Kristianto.
Sebelumnya Edy menyebutkan nama Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan terlibat dalam bisnis alat Kesehatan ini.
Kemudian, Edy menambahkan nama Erick Thohir yang diduga juga ikut terlibat dalam pendirian perusahaan penyedia jasa tes Covid-19, PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Keduanya diduga ikut ke dalam daftar nama pejabat penikmat cuan PCR yang kemarin lalu diungkap dalam Majalah Tempo.
- Hasil Drawing ASEAN U-23 Championship Mandiri Cup 2025, Indonesia Satu Grup dengan Malaysia
- 3 Pemain Resmi Jadi WNI, Tambah Kekuatan Timnas Indonesia Jelang Lawan Australia dan Bahrain
- Shin Tae-yong Pamit: Warisan dan Harapan untuk Piala Dunia 2026
- Eksperimen PSSI: Mampukah Patrick Kluivert Menjawab Ekspektasi?
- Shin Tae-yong Dipecat: Evaluasi Kinerja atau Konflik Tak Terlihat?
Dikutip dari suara.com, Edy menjelaskan jika PT GSI lahir dari PT Toba Bumi Energi dan PT Toba Sejahtra, anak perusahaan dari PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang sebagian kecil sahamnya dimiliki oleh Luhut.
Sementara itu, PT GSI juga dilahirkan oleh PT Yayasan Adaro Bangun Negeri yang terikat dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). 6,18 persen sahamnya dimiliki Boy Thohir yang tak lain adalah saudara dari Erick Thohir.
“Gunakan akal sehat. Seorang Menko Marives merangkap jabatan sebagai Koordinator PPKM. Dia pucuk pimpinan dalam hal kebijakan Covid-19 dan investasi. Lalu, seorang Menteri BUMN merangkap Ketua Tim Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Menteri Kesehatannya bekas Wakil Menteri BUMN. Tapi, menteri itu ternyata terafiliasi (ada kaitannya) dengan PT Genomik Solidaritas Indonesia,” ujar Edy.
Edy menjabarkan jika saham PT GSI dipegang oleh Yayasan Indika Untuk Indonesia (932 lembar), Yayasan Adaro Bangun Negeri (485 lembar), Yayasan Northstar Bhakti Persada (242 lembar), PT Anarya Kreasi Nusantara (242 lembar), PT Modal Ventura YCAB (242 lembar), PT Perdana Multi Kasih (242 lembar), PT Toba Bumi Energi (242 lembar), PT Toba Sejahtra (242 lembar), dan PT Kartika Bina Medikatama (100 lembar).
Yayasan Indika untuk Indonesia berkaitan dengan PT Indika Energy Tbk (INDY) yang dipimpin Ketua Umum KADIN, Arsjad Rasjid sebagai direktur utama.
Kemudian, Yayasan Northstar Bhakti Persada berkaitan dengan Northstar Group yang dipimpin Patrick Walujo, seorang bankir yang juga menantu dari TP Rachmat bersama Glenn Sugita sebagai pembina yayasan.
Patrick juga menjadi pemegang saham Gojek-Tokopedia (Go-To), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT), dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM).
“Itu semua jelas bisnis. Badan hukumnya saja PT. Tujuan PT adalah laba! Ingat, bukan masalah orang dilarang berbisnis tapi lihat dulu posisi siapa yang berbisnis. Sangat tidak bermoral menjadikan jabatan publik sebagai pintu masuk untuk berbisnis memanfaatkan masa pandemi yang menyusahkan rakyat,” tandasnya.
Mantan Direktur Publikasi dan Pendidikan Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) ini pun meminta agar DPR segera menindaklanjuti dugaan ini, akan tetapi ia mengaku pesimis terhadap DPR hari ini dikarenakan sudah terlalu banyak bertindak sebagai koalisi pemerintah.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
