Terkini.id, Jakarta – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengklaim upayanya selama tiga tahun ini berhasil menurunkan angka aksi terorisme di tanah air.
Meski demikian bibit-bibit terorisme masih menyebar di lini kehidupan masyarakat Indonesia.
Makanya sampai hari ini Kepala Densus (Kadensus) 88, Irjen Marthinus Hukom mengaku masih terus memburu teduga teroris.
Sejak tahun 2020 hingga 2021 jumlah penangkapan pun mengalami peningkatan, yang disinyalir berimbas pada berkurangnya aksi teror aktif.
“Secara kuantitatif penangkapan itu kan meningkat dari 2020 [sebanyak] 232 menjadi 370 (pada 2021), artinya sel-sel terorisme ini tetap aktif,” ujar Marthinus, Senin 21 Maret 2022.
- Oknum Densus 88 Tipu Penjaga Warung Agar Bisa Lolos Setelah Bunuh Sopir Taksi
- Pembunuh Sopir Taksi di Depok Ternyata Oknum Densus 88: Sosoknya Kerap Menipu, Main Judi dan Banyak Utang
- Densus 88 Kembali Meringkus 5 Pelaku Terorisme di Riau, Hingga Saat Ini 13 Orang Telah Diamankan
- Denny Siregar: Terorisme itu Ada, Nyata dan Kejam
- Transfer Liar Donasi ACT Dilaporkan PPATK ke Densus 88 dan BNPT, Denny Siregar: Mampus! Bisa Habis Mereka
Ia pun menyebut penangkapan yang dilakukannya bukan asal main tuduh saja. Strategi preventive strike yang digunakan dalam menekan aski teror di masyarakat memastikan terlebih dahulu cukup bukti sebelum beraksi.
Para terduga dan tersangka yang diringkus merupakan hasil penyelidikan yang mendalam sebelumnya.
“Sehingga pada tahun 2021 itu penangkapan itu menurunkan tingkat attack atau kejadian terorisme,” ujarnya seusai rapat tertutup dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen.
Dilansir dari CNN Indonesia, Marthinus saat ini tengah waspada gelombang terorisme usai deklarasi pemimpin baru ISIS di Suriah beberapa waktu yang lalu.
Ia menyebut ISIS hingga hari ini masih mengontrol aksi teror di tanah air. Hal tersebut diperkuat dengan penangkapan lima hingga enam orang terduga pelaku yang berafiliasi dengan ISIS.
Praktiknya mereka menyebar propaganda ISIS melalui konten digital yang diterjemahkan.
“Artinya secara ideologi, secara spirit, mereka tuh masih tetap ada, walaupun di Timur Tengah mereka kehilangan teritori, tapi dengan hadirnya pemimpin baru, artinya ada napas atau angin segar buat mereka untuk kembali eksis,” jelasnya.