Sekretaris PCNU Kota Makassar Tegaskan Moderasi Beragama Solusi Tangkal Radikalisme
Terkini.id, Makassar – Sekretaris NU Kota Makassar Usman Sofyan menegaskan bahwa menerima perbedaan adalah keharusan dalam rangka merawat kerukunan antar umat beragama.
Hal tersebut ia sampaikan dalam dialog kebangsaan yang dilaksanakan oleh SERUM Institute di Warkop Nassami, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Kamis, 1 September 2022.
Menurutnya, perbedaan adalah sunnatullah yang harus menjadi semangat bagi setiap warga negara dalam menjaga kerukunan antar umat beragama.
“Jadi radikalisme bukan pada katauhidan. Tetapi syariah, atau pengamalan kita dalam konteks keberagaman. Janganlah, kita merasa benar sendiri, sehingga yang berbeda dengan kita dianggap lawan. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan amalan kita,” ujarnya dalam dialog bertajuk ‘Implementasi wawasan kebangsaan dan nilai kearifan lokal dalam mereduksi doktrin radikalisme’.
Usman Sofyan juga menyampaikan langkah pemerintah dalam menangkal radikalisme beragama yakni penguatan moderasi beragama.
Ia bahkan mengakui Indonesia merupakan negara yang agamis walaupun bukan negara berdasarkan agama tertentu. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas keseharian masyarakat Indonesia yang tidak lepas dari nilai-nilai agama.
“Di sinilah diperlukan moderasi beragama sebagai upaya untuk senantiasa menjaga agar seberagam apapun tafsir dan pemahaman terhadap agama tetap terjaga sesuai koridor sehingga tidak memunculkan cara beragama yang ekstrem,” jelasnya.
“Kemenag telah memiliki 4 konsep keberagaman, yakni NKRI adalah final, pancasila final, cinta tanah air dengan iman,” sambungnya.
Lebih lanjut, Usman Sofyan membeberkan bahwa toleransi adalah kekuatan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
“Apa yang dimaksud konsep toleransi dan saling menghormati, itulah yang menjadi kekuatan keberagaman,” pungkasnya.
Dalam konteks kearifan lokal, lanjut Usman, melalui budaya sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi yang artinya sebagai sikap saling menghormati atau menghargai, saling menasehati atau mengingatkan, dan saling memuliakan menjadi kunci dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.