Terkini.id, Sorowako– Vale mendapat kunjungan dari Presiden RI Joko Widodo pada Kamis 30 Maret 2023.
Ini adalah momen bersejarah, karena sejak Vale (INCO) mendapat kunjungan Presiden Soeharto pada 1977 (sekaligus melakukan peresmian operasional), selang 46 tahun kemudian barulah Vale dikunjungi lagi oleh seorang Presiden RI.
Saat berkunjung ke Sorowako, Jokowi melakukan peninjauan ke beberapa unit bisnis PT Vale, di antaranya Process Plant atau fasilitas pabrik pengolahan, lokasi penambangan bijih nikel di Bukit Solia sekaligus sekaligus meninjau aktivitas reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang.
Vale merupakan perusahaan tambang yang mendapat konsesi kontrak karya aktivitas pertambangan di Sorowako hingga 2025 mendatang.
Jokowi mengungkapkan, perpanjangan kontrak karya PT Vale masih sedang dipelajari dihitung untung ruginya. Akan tetapi, dalam kesempatan berkunjung ke Vale tersebut Jokowi menunjukkan beberapa isyarat.
Jokowi misalnya menyinggung tentang, siapapun bisa investasi di Indonesia, baik itu kerja sama dengan sektor swasta maupun BUMN, asalkan mengolah barang tambang minimal setengah jadi serta merekrut tenaga kerja.
“Yang paling penting harus mengolah bahan mentah itu menjadi setengah jadi, atau barang jadi. Sehingga memiliki nilai tambah. Kuncinya di situ. Yang kita inginkan nilai tambah,” ungkap dia lagi.
Selain datang ke PT Vale, Jokowi memuji aktivitas reklamasi, rehabilitasi di PT Vale yang sesuai standar. Dia bahkan meminta perusahaan tambang lain agar meniru praktik pertambangan yang dijalankan PT Vale Indonesia.
Sementara itu, Presiden Direktur Febriany Eddy
mengungkapkan bahwa ini adalah hari bersejarah lantaran terakhir PT Vale dan Luwu Timur dikunjungi presiden 46 tahun yang lalu. Pada bulan april 1977.
“Saya masih umur 2 bulan waktu itu, masih bayi. Jadi hari ini hari yang sangat bersejarah,” ungkap Febriany Eddy.
Hari itu juga, Febriany menyampaikan bahwa Vale sedang memulai babak baru. Bahwa investasi yg luar biasa, saat ini kami punya satu pabrik, tapi ada program investasi untuk mendirikan tiga pabrik dengan total investasi mencapai setara Rpl 135 t, di 3 provinsi, sulawesi tengah tenggara dan juga selatan.