Terkini.id, Jakarta – Pegiat media sosial, Ade Armando menyalahkan pihak suporter Arema FC atau Aremania terkait terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 129 orang.
Ade Arnando pun menilai, pangkal masalah tragedi Kanjuruhan yakni lantaran suporter Arema sok jagoan dengan gaya preman masuk ke lapangan.
Hal itu disampaikan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tersebut lewat videonya yang tayang di kanal YouTube Host TV, Selasa 4 Oktober 2022.
“Yang jadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan, melanggar semua peraturan dalam stadion dengan gaya preman masuk ke lapangan,” kata Ade Armando.
Ia pun menuding adanya pihak yang memainkan narasi seolah dalam tragedi itu pihak polisi lah yang salah. Terkait hal itu, Ade menyinggung keterangan yang disampaikan oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).
- Ade Armando Yakin Anies Baswedan Bakal Menang Jika Ganjar Pranowo Tak Maju
- Ade Armando Prediksi Anies Baswedan Akan Libatkan Politisasi Islam di Pilpres 2024
- Ade Armando Sebut Kubu Anies Memang Memalukan dan Mempermalukan Anies, Ada Apa?
- Ade Armando Kecewa Kader PDIP Geruduk Desmond
- Ade Armando Ungkap Kubu Anies Baswedan Sedang PDKT Dengan Umat Kristen
YLBHI sendiri dalam keterangannya menyoroti terkait penggunaan kekuatan berlebihan alias excessive use force dengan gas air mata.
“Sebagian pihak menyatakan bahwa FIFA jelas melarang penggunaan gas air mata dalam stadion, pertanyaannya apakah polisi Indonesia berada di bawah FIFA? Ketika polisi menggunakan gas air mata itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa,” tuturnya.
Menurut Ade, polisi sudah melakukan tugas dan kewajibannya mulai dari meminta jam pertandingan digelar lebih awal hingga pembatasan penonton sesuai dengan kapasitas stadion.
Akan tetapi, kata Ade, pihak panitia pertandingan malah melanggar imbauan pihak kepolisian itu dengan menjual tiket melebihi kapasitas stadion.
“Yang jadi masalah adalah kelakuan suporter Aremax memang tidak semua, menurut polisi yang menyerbu lapangan hanyalah tiga ribu orang. Tapi itu sudah cukup memporak-porandakan keadaan,” ungkap Ade Armando.
“Mereka tak bsa menyaksikan timnya kalah, padahal pertandingan berlangsung dengan fair, tidak ada keputusan wasit yang meragukan misalnya,” tambahnya.