Terkini.id, Jakarta – Politisi Partai Nasdem Subardi menanggapi kritik Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait buruknya tata kelola PT Pertamina (Persero).
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat ini menilai kritik Ahok yang menuding Pertamina sering berutang, secara tidak langsung mengkritik dirinya sendiri.
Lantaran hal itu, Subardi menilai Ahok sebagai Komisaris Utama tidak mampu mengawasi kinerja Pertamina.
“Yang disampaikan Ahok seperti menceritakan cacatnya sendiri. Jangan karena ketidakmampuannya (mengawasi Pertamina), Ahok lantas teriak-teriak di media,” kata Subardi, Rabu, 16 September 2020 seperti dikutip dari Tempo.
Subardi selaku Anggota Komisi VI yang bermitra dengan BUMN menyayangkan sikap Ahok tersebut.
- Innalillahi, Mantan Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Meninggal Dunia
- BREAKING NEWS: Mantan Kepala BNPB Doni Monardo Meninggal Dunia
- Viral, Iron Dome Israel Rusak dan Hancurkan Wilayahnya Sendiri, Begini Kata IDF
- Linearitas Jurusan Pendidikan dan Sistem CAT dalam Rekrutmen PPPK Perlu Dihapus
- Warga Tutup Paksa Akses Jalan Tol Makassar, Imbas Pemukiman Banjir Akibat Hujan
Ia pun mengaku khawatir performa Pertamina semakin buruk karena manajemen yang gaduh dan urakan.
Padahal, kata Subardi, setiap rapat bersama Menteri BUMN, Komisi VI selalu mendukung program perbaikan Pertamina yang digagas Erick Thohir, baik dalam strategi bisnis maupun efisiensi produksi.
“Kami ingin performa Pertamina membaik. Pertamina harus mampu berkembang dan bersaing dengan perusahaan raksasa seperti Aramco, Chevron, Exxon atau Petronas. Tapi kalau memilih cara-cara kasar dan emosional, ini justru kontraproduktif,” ujarnya.
Sebelumnya, Ahok dalam tayangan video yang beredar melalui akun Politik Indonesia atau Poin di YouTube mengkritik banyak terkait Pertamina.
Dalam video bertajuk ‘NEKAT! AHOK BERANI LAKUKAN INI’ yang tayang pada Senin, 14 September 2020 tersebut, ia membeberkan masih banyak temuan permainan di dalam perusahaan pelat merah tersebut selama dirinya menjabat sebagai Komisaris Utama.
“Kita ubah sekarang soal transparansi. Hampir semua berita lelang ada di website. Soal ada permainan di dalam, masih terjadi,” ujar Ahok dalam tayangan video itu.
Ahok pun mengaku bahwa tugas yang diembannya sebagai komisaris sebenarnya punya peran vital.
“Saya ini eksekutor, bukan pengawas sebenarnya. Komisaris itu ibarat neraka lewat, surga belum masuk,” ujarnya.
Maka dari itu, Ahok terus mendorong pangkas birokrasi di Pertamina, di antaranya lewat mekanisme kenaikan pangkat jabatan.
“Dulu kalau naik pangkat di Pertamina harus lewat Pertamina Reference Level, untuk bisa jadi SVP harus 20 tahunan. Sekarang saya ubah. Harus lewat lelang terbuka,” kata Ahok.
Selain itu, Ahok juga mempersoalkan masih adanya oknum yang memanipulasi gaji di Pertamina.
“Ada pejabat yang dicopot, tapi masih dapat gaji dengan besaran seperti di posisi sebelumnya. Padahal semestinya mengikuti jabatan baru. Bayangkan ada yang digaji Rp 75 juta, tidak kerja apa-apa karena gaji pokok dipatok tinggi. Ini yang sedang kita ubah sistemnya,” ujarnya.
Tak hanya itu, Ahok juga mengaku kesal dengan jajaran direksi Pertamina soal pembangunan kilang minyak.
“Di rapat kemarin kayaknya saya dibuat emosi saat membahas utang US$ 16 miliar. Pertamina ingin eksplorasi di luar negeri padahal di dalam negeri 12 cekungan. You ngapain di luar negeri?” kata Ahok mengulang pernyataannya di dalam rapat tersebut.