Cerita di Balik Dunkin Donuts Tutup Semua Gerainya di Kota Makassar dan PHK Karyawan

Cerita di Balik Dunkin Donuts Tutup Semua Gerainya di Kota Makassar dan PHK Karyawan

HZ
Hasbi Zainuddin

Penulis

Terkini, Makassar – Salah satu brand produk kue donat, yakni Dunkin Donuts, dikabarkan melakukan penutupan sejumlah gerai di Kota Makassar. Selain karena masalah persaingan pasar yang makin berat, diketahui persoalan ini imbas dari tidak tercapainya kesepakatan antara pekerja dan perusahaan.

Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan, Jayadi Nas, menyampaikan problem itu ketika mengingatkan pentingnya perusahaan dan pekerja untuk selalu membangun komunikasi yang sehat.

Masalah pekerja dan pemberi kerja, kerap kali terjadi ketika terkait pengupahan. Tepatnya, terjadi ketika pekerja sulit memahami kondisi perusahaan yang sedang sulit.

Jayadi mencontohkan kasus terbaru yang terjadi pada salah satu perusahaan waralaba makanan dan minuman, Dunkin Donuts, yang memiliki enam gerai di Kota Makassar.

Dia menceritakan, salah satu gerai Dunkin Donuts yang berada di Bandara Sultan Hasanuddin terpaksa ditutup akibat tekanan persaingan bisnis yang makin berat.

Baca Juga

“Penutupan ini menyebabkan tujuh karyawan harus dihentikan kontraknya. Namun, ketujuh pekerja ini menuntut untuk tetap dipekerjakan di gerai lain yang masih beroperasi,” ungkap Jayadi, saat menghadiri kegiatan PKB Serikat Pekerja dengan salah satu perusahaan, Mei 2025 lalu.

Padahal, lanjutnya, pihak perusahaan sudah menyatakan kesiapannya untuk memberikan pesangon kepada para pekerja yang terkena PHK. Namun, ketujuh orang tersebut membangun solidaritas pekerja lain hingga akhirnya aksi mogok kerja berlangsung selama tiga hari.

“Akibatnya, seluruh gerai Dunkin Donuts di Makassar akhirnya ditutup total oleh pemegang waralaba itu,” katanya. Imbasnya pun berdampak pada semua karyawan yang bekerja di seluruh gerai.

Jayadi menekankan bahwa pekerja perlu melihat kondisi nyata perusahaan saat melakukan negosiasi, baik terkait gaji maupun kebijakan lainnya. Ia mengingatkan bahwa solidaritas perlu dibarengi dengan pemahaman akan situasi dan keberlangsungan bisnis.

Lebih jauh, Jayadi mengingatkan para pekerja dan serikat buruh tentang tantangan baru di era teknologi, termasuk kemunculan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

“Kita harus upgrade terus kemampuan. Kalau tidak, akan terjadi ketimpangan antara kemampuan pekerja dengan teknologi,” tegasnya.

Ia memberi contoh konkret bagaimana teknologi telah menggantikan peran manusia dalam sektor transportasi. “Sekarang sudah ada kendaraan yang bisa berjalan tanpa membutuhkan sopir. Ini nyata,” katanya.

Jayadi menutup dengan pesan agar pekerja dan perusahaan tetap menjaga komunikasi terbuka dan berpikir jangka panjang. Jangan sampai kehilangan pekerjaan bukan karena PHK, tapi karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.