Terkini.id, Jakarta – Wakil Ketua MPR yang juga Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengingatkan arti penting untuk mengamalkan nilai Paancasila. Menurutnya, Pancasila bukan milik segelintir orang atau kelompok tertentu.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri acara sosialisasi empat pilar di AQL Islamic School Jongol, Jawa Barat.
Selanjutnya Muzani mengingatkan, jika ada perbedaan dalam mengamalkan Pancasila, bukan menjadi sebab perbedaan yang tajam yang mengarah pada perpecahan.
Tapi, hal itu lebih merupakan cara pandang yang berbeda. Perbedaan ini justru memperkaya nilai Pancasila dan bisa menjadi energi untuk memperkuat persatuan bangsa.
“Pancasila adalah milik kita semua, milik rakyat Indonesia. Pancasila bukan milik penguasa, bukan pula milik golongan tertentu. Setiap orang Indonesia pada dasarnya menerima Pancasila. Sejatinya kita adalah Pancasilais,” kata Muzani, Jumat 12 November 2021.
- Anhar Rahman Ingatkan Masyarakat Tak Golput di Pemilu 2024
- Anhar Rahman Dukung Gibran Rakabuming Dampingi Prabowo di Pilpres 2024
- Ini Sumbangsih Keluarga Aisyah Tiar Arsyad di Luwu Raya
- Hadapi Pemilu 2024, Gerindra-Demokrat Sepakat Jaga Stabilitas Politik Nasional
- Prabowo Subianto Bertemu Bobby Nasution di Makassar, Bahas Apa?
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perbedaannya lebih pada cara mengamalkan Pancasila itu adalah hal wajar dalam menafsirkan sebuah ideologi.
Sebagaimana juga penafsiran ajaran agama yang sering kali berbeda. Namun, apa karena itu kita tidak bersatu?
Menurutnya, ada yang menginginkan semangat dan nilai moral agama dijadikan sebagai nilai pengamalan kehidupan bernegara. Tapi ada juga yang menginginkan nilai moral agama diformalkan dalam konstitusi negara.
“Perdebatan itu dari dulu sampai sekarang tidak selesai, namun masalahnya bagaimana pandangan berbeda tetap dalam koridor Pancasila. Yang menjadi tugas kita semua termasuk penyelenggara negara agar perbedaan itu dikembalikan kepada cita-cita pendiri bangsa,” kata Muzani.
Seperti yang dilansir dari Liputan6, pada momen tersebut, Muzani juga minta agar generasi muda termasuk para santri AQL Islamic School belajar dari peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Para pemuda yang datang mewakili berbagai kesulatanan di nusantara. Tapi mereka berikrar mendirikan negara Indonesia dengan satu nusa, satu bangsa, satu bahasa yakni Indonesia.
“Apa artinya itu semua? para pemuda sudah menatap Indoensia ke depan dan visioner mereka luar biasa. Bahasa yang disepakati berasal dari rumpun melayu. Bukan bahasa Jawa yang merupakan bahasa mayoritas. Orang Jawa juga rela bahasanya tidak digunakan sebagai bahasa persatuan,” katanya.