Ketum PPP Ceritakan Pengalaman Diminta Amplop Saat Temui Kyai, Gus Miftah: Maksud Anda Apa!
Komentar

Ketum PPP Ceritakan Pengalaman Diminta Amplop Saat Temui Kyai, Gus Miftah: Maksud Anda Apa!

Komentar

Terkini.id, Jakarta – Bercerita pengalaman ketika diminta amplop saat menemui kyai, kini Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (Ketum PPP) Suharso Monoarfa menuai sorotan beberapa pihak.

Salah satunya Miftah Maulana Hibaburrahman alias Gus Miftah yang terlihat memberikan tanggapan melalui sebuah unggahan di akun media sosial Instagram pribadinya.

Di mana dalam tanggapannya, Gus Miftah mengunggah video Suharso yang berlambang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Terlihat, Suharso diminta untuk memberikan sambutan dalam acara yang diselenggarakan oleh KPK.

Dalam sambutan tersebut, Suharso menceritakan soal pengalamannya sowan ke tokoh agama atau kyai. Kata Suharso, saat itu ia sowan ke seorang kyai yang tidak disebutkan namanya.

Saat pulang dari kediaman kyai tersebut, Suharso mengaku disinggung soal barang yang tertinggal. Lantas ia pun mengaku bingung dengan maskud tersebut hingga akhirnya diberitahukan sesuatu.

DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

Suharso mengaku diminta untuk menitipkan amplop apabila sowan dengan kyai. Dia kemudian menyayangkan adanya kebiasaan terima amplop yang dilakukan kyai.

Atas pernyataan Suharso itu, Gus Miftah merasa tidak terima, menyayangkan pernyataan, dan cerita tersebut dilontarkan oleh seorang ketua umum partai.

“Maksud anda apa ya pak ketua umum partai yang terhormat @suharsomonoarfa?” tulis Gus Miftah.

Menurut Gus Miftah, Suharso telah menghina marwah kyai dan pondok pesantren. Sebab, dalam khazanahnya, pesantren memiliki istilah tabarukan, yaitu ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri atau jamaah kepada kyai.

Salah satu caranya adalah silaturahmi atau sowan kepada kyai. Jelas Gus Miftah, dalam silaturrohmi itu biasanya santri atau jamaah minta doa, minta nasehat atas masalah dan hajatnya.

Gus Miftah menyebut bahwa tidak ada permintaan khusus dari kyai kepada para santri dan jamaah saat menerima sowan. Adapun kata Gus Miftah, amplop tersebut biasanya diberikan secara sukarela dan seikhlasnya.

“Kalau sowan harus kasih amplop atau apapun, kalau toh ada itu justru inisiatif dari santri atau jamaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kyai,” jelasnya.

Gus Miftah lantas mengibaratkan para politisi seperti daun salam dan laos dalam sebuah masakan.

“Kalau butuh mereka sowan kyai, selesai butuhnya kembali meninggalkan kyai. Persis seperti daun salam dan laos, kalau masak sayur dicari pertama kali, sayurnya matang daun salam dan laosya dibuang pertama kali,” tuturnya.

Menurut Gus Miftah, pernyataan Suharso telah menghina kyai dan pesantren dengan kalimat yang menyakitkan. Ia pun meminta Suharso untuk memberikan klarifikasi dan meminta maaf atas pernyataan yang telah menyinggung sejumlah pihak.

 “Saya sebagai santri yang biasa sowan kyai untuk tabarukan dan ngalap berkah meminta anda untuk klarifikasi dan minta maaf,” pinta Gus Miftah.

Hingga berita ini ditayangkan belum lagi ada tanggapan yang ditemukan terkait hal tersebut.