Terkini.id, Jakarta – Gerakan Anti Radikalisme Alumni ITB (GAR ITB baru-baru ini membawa isu yang menyatakan bahwa Din Syamsuddin merupakan aparatur sipil negara yang radikal.
Din dilaporkan karena diduga melakukan pelanggaran terhadap kode etik ASN dengan tuduhan radikalisme.
Din diketahui saat ini masih berstatus ASN sebagai dosen FISIP di UIN Jakarta.
Mendengar hal ini, banyak yang tidak setuju serta angkat bicara. Salah satunya Rizal Ramli, seorang ekonom senior.
Melalui akun sosial media pribadinya yakni Twitter @ramlirizal, ia menuliskan dalam cuitanya :
- Bahrul Ulum Alumni 98 Siap Maju Calon Ketum IKA STM 1 Makassar
- Danny Pomanto Ajak Warga Makassar Ramaikan MNEK 2023: Banyak Atraksi Menarik
- Politisi Senior Abdul Wahab Tahir Didoakan Jadi Ketua DPRD Makassar
- Politisi NasDem: PDIP Ibarat Kacang Lupa Kulitnya, Jokowi itu Anaknya NasDem
- 50 Talenta Muda U-16 Indonesia Dilatih Oleh Roberto Carlos, Matterazzi, Abidal dan Veron
“ITB kampus yg menghasilan tokoh2, pemikir2 besar, engineer2 hebat. Soekarno, Habibie, Rooseno, Sutami dll. Eh ternyata sebagian kecil alumninya berfikiran cupet, terlalu banyak gaul dgn intel, jadi organ surveilance swasta, tokoh2 yg dicap ‘ekstrimis’” tulisnya pada Jum’a, 12 Februari 2021.
Selain itu juga, Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Muhammad Sukron angkat bicara mengenai hal ini.
Dilansir dari kumparan.com, ia menyatakan bahwa Din Syamsuddin bukanlah bagian dari radikalisme.
Sukron itu juga mengatakan “Saya menjadi saksi bahwa beliau aktif sebagai anggota Dewan Pembina Baitul Muslimin Indonesia, karena waktu pelantikan kami PP Baitul Muslimin 2016 lalu di Aula lantai 5 kantor DPP PDI Perjuangan, beliau juga turut memberikan sambutan di acara tersebut dan fotonya pun masih terpampang nyata di kantor PP Baitul Muslimin Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Tak hanya itu, Pihak Muhammadiyah juga angkat bicara atas tuduhan Din Syamsuddin. Sekretaris Umum PP Muhamamdiyah, Abdul Mu’ti mengatakan bahwa Din bukalah seorang radikal.