Terkini.id, Jakarta – Penghentian kasus 4 tenaga kesehatan yang memandikan jenazah wanita pasien covid-19 di Pematang Siantar dihentikan pihak Kejaksaan.
Pegiat media sosial, Denny Siregar mengaku bahagia dan lega, meskipun Denny tidak kenal dengan para nakes itu.
Denny mengaku yakin, penghentian kasus tersebut berkat upaya keras para penggiat media sosial yang dia sebut menjadi buzzer dalam menyoroti kasus tersebut.
Denny mengungkapkan, tenaga medis yang sudah menjalankan tugasnya memandikan jenazah perempuan, kemudian ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama merupakan kisah yang pahit.
“Informasi tentang mereka diawali oleh teman kita, Eko Kuntadhi, yang diminta oleh pengacara dan keluarga para nakes untuk membantu mereka.
- Program Hafalan Juz 30 Pemprov Sulsel Dapat Kritik Denny Siregar: Diketawain Sama China
- Denny Siregar Prediksi Prabowo Subianto Akan Gandeng Gibran Rakabuming Sebagai Cawapres
- Polisi Tak Temukan Proyektil Penembakan Bahar Smith, Denny Siregar: Drama Zonk
- Prediksi Denny Siregar: Pilpres 2024 Hanya Ganjar Vs Prabowo, Anies Makin Lemah
- Denny Siregar: Mau Ibadah Natal Aja Susah, Nabi Pasti Nangis!
Ketika saya nulis di page tentang ’kisah aneh di Pematang Siantar’ yang share 4.500 orang, dan menyebar di 1 juta orang lebih. Ini berarti kita perduli terhadap situasi di negeri ini. Itu seperti ribuan anak panah yang meluncur bersamaan..
Saya dengar tulisan itu beredar juga di grup2 WA para petinggi istana dan membuat mereka mulai mencari informasinya,” tulis Denny lagi.
Sementara itu, petisi untuk menolak kasus tersebur diproses juga sudah mencapai hampir 17 ribu orang yang tanda tangan.
“Akal sehat kita pasti menolak logika bodoh yang menimpa para nakes di Pematang Siantar, kok bisa mereka dikenakan pasal penistaan agama ?? Padahal mereka sedang menjalankan tugas beratnya.
Media sosial, jika digunakan dengan benar, maka akan menjadi senjata ampuh melawan semua ketidak adilan negeri ini. Coba tidak ada tekanan lewat media sosial, kasus itu bisa tenggelam dan para nakes bisa dipenjara meski mereka tidak bersalah,” tambahnya.
Dia kemudian menyinggung cara orang orang tertentu, yang lebih memilih cara berdemonstrasi menekan orang.
“Salah satu pola kadrun ketika melaporkan seseorang, mereka pasti mengandalkan demo massa, atau bahasa kerennya trial by mob. Tekanan mereka ini yang bikin aparat gagap, karena khawatir ada kerusuhan SARA di daerahnya.
Saya paham banget dengan situasi ini, karena mereka melakukan tekanan yang sama pada kasus saya dgn demo2 di kantor polisi, meski bukti hukum mereka tidak kuat. Mereka cuma mengandalkan otot, otaknya tinggal seperempat.
Siapa yang menang dalam kasus ini ??
Kalian. Ya kalian, para pejuang di media sosial. Kalian yang menyempatkan sedikit waktu dan kuota, untuk mau bersusah payah memberikan dukungan. Biar para kadrun tahu, kita gak suka main demo2an. Tapi sekali kita kompak di media sosial, mereka seperti melawan gelombang raksasa yang gak akan bisa mereka tahan.
Contohnya FPI. Tanpa dukungan kita semua di media sosial, tentu aparat belum tentu berani menghancurkan mereka. Sekarang baru mereka mengerti, bahwa tembok yang mereka bangun tinggi, bisa hancur berkeping2 tanpa mrk sadari.
Terimakasih, teman2. Para buzzer. Buzzer yang pro NKRI…
Secangkir kopi adalah simbol perlawanan. Ia pahit, tapi pahitnya menyadarkan. Saya ingin seruput sebagai tanda kemenangan, ditambah sebatang udud sebagai nilai kesempurnaan,” ulas Denny.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.