Terkini.id, Jakarta – Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia menyebutkan, Ekonomi Indonesia paling unggul di antara negara-negara anggota G20 pada kuartal III/20 sebesar 5,72 persen.
Walaupun, di tengah krisis ekonomi yang melanda, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada tingkat inflasi di bawah 6 persen. Namun, diyakini mampu menjadi salah satu yang terbaik.
Hal ini disampaikan oleh Bahlil pada sambutannya dalam The Introduction to G20 Bali Compendium & The Launch of Sustainable Investment Guidelines, di InterContinental Bali Resort, Jimbaran, Bali pada Senin 14 November 2022.
“Kita bersyukur ekonomi Indonesia di kuartal III/2022 itu tumbuh 5,72 persen, salah satu terbaik di negara-negara G20,” Kata Bahlil.
Bahlil melihat ekonomi Indonesia saat ini tumbuh positif dengan mengarah pada sektor-sektor yang berkualitas, bahkan melebih pertumbuh sebelum pandemi covid-19.
- Bahlil Lahadalia Ungkap Kriteria Pemenang Capres 2024: Ini Cukup Menarik, Punya Peluang
- Bahlil Sebut IKN Harga Mati, Gigin Praginanto: Pokoknya Silahkan Hidup Susah Asalkan IKN Tetap Jalan
- Bahlil Lahadalia Maafkan Holywings, Netizen: Menteri Investasi Ngapain Ikut Campur Urusan Umat
- Bahlil Sebut Duet Puan dan Anies Bisa Menang Pilpres, Refly Harun: Sayang Sekali Jokowi Diingkari!
- Sebut Duet Anies dan Puan Bisa Menangkan Pilpres 2024, Refly Harun: Untuk Apa Bahlil Ngomong Soal Capres?
Meski demikian, Bahlil juga mengakui Indonesia masih kalah dari beberapa negara Asean, seperti Malaysia dan Vietnam.
“di ASEAN kita harus mengakui pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Vietnam jauh lebih baik ketimbang kita,” kata Bahlil.
Dikutip dari Bisnis.com, keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia tak hanya pada faktor konsumsi tetapi juga pada investasi yang naik hampir 28-30 persen dan ekspor impor yang masing-masing tumbuh 26,23 persen dan impor 21,65 persen.
“Artinya faktor pendorong hulu pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi harus dipandang sebagai urat nadi dari sebuah proses pertumbuhan karena di sana akan menciptakan lapangan kerja, kompetitivness dan pendapatan negara,” ungkap Bahlil.
Bahlil juga menuturkan penanganan Inflasi yang masih terjaga di bawah 6 persen tersebut, tentunya juga tidak cukup jika ditangani dari kerja sama antara otoritas fiskal dan moneter oleh Bank Indonesia (BI).
Maka dari itu, Bahlil menekankan agar Indonesia masih harus menghadapi berbagai macam tantangan, seperti menjaga nilai tukar Rupiah, dan harga harga minyak mentah yang meningkat.