Terkini.id, Jakarta – Tony Rosyid selaku pengamat politik memberikan pendapatnya tentang hubungan antara Ketua Umum Partai PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Jokowi.
Menurut Tony Rosyid, keretakan hubungan antara Jokowi dengan Megawati dimulai pada tahun 2014.
“Awal Jokowi dilantik jadi presiden periode pertama (2014), friksi dengan Megawati telah dimulai. Jokowi pilih Maruar Sirait jadi Menpora, tapi digagalkan oleh Megawati hanya beberapa jam jelang pelantikan,” ujar Tony Rasyid, Selasa 1 November 2022.
Tony Rasyid berpendapat Megawati tidak suka dengan tindakan Jokowi yang menjadikan Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) sebagai figur yang menangani semua kebijakan pemerintah.
“Dengan LBP, Jokowi merasa setara, bahkan secara struktural adalah atasan LBP. Jokowi presiden, dan LBP menteri. Publik menyebutnya sebagai menteri semua urusan. Wajar, karena memang LBP memiliki pengalaman dan kematangan di pemerintahan, sehingga Jokowi merasa nyaman dengannya,” katanya.
Selain itu, Tony Rasyid mengatakan selama ini Megawati memperlakukan Jokowi sebagai petugas partai.
“Sementara dengan Megawati, Jokowi diperlakukan sebagai petugas partai. Dalam posisinya sebagai petugas partai, Megawati menuntut Jokowi patuh, loyal dan sendiko dawuh pada PDIP yang otoritasnya ada di tangan Megawati,” tuturnya.
Padahal semestinya Jokowi sebagai kepala negara statusnya harus berada di atas seorang ketua umum partai bukan sebaliknya.
Lebih lanjut, Tony Rasyid menerangkan bahwa jalinan komunikasi antara Jokowi dan Megawati tidak berjalan mulus.
Kepentingan Jokowi dan Megawati juga diperkirakan berbeda serta persoalan status Jokowi sebagai presiden yang membuatnya tidak ingin diperintahkan oleh ibu dari Puan Maharani tersebut.
“Dalam penyusunan kabinet dan sejumlah jabatan strategis, adu kuat Jokowi-Mega seringkali terjadi. Selama ini, semua bisa ditutupi dan hanya kalangan internal yang tahu,” ucapnya.
Tony Rasyid memprediksi Jokowi akan mendukung Ganjar Pranowo sebagai Capres di Pemilu 2024 serta akan didepak dari PDIP.
“Pilpres 2024, kepentingan Jokowi-Megawati semakin tampak berbeda. Jokowi inginkan Ganjar menjadi presiden. Ganjar diharapkan dapat meneruskan program-program Jokowi. Jokowi tidak hanya butuh jaminan pengamanan dari Ganjar, tapi publik membaca ada agenda lain yang direncanakan oleh Jokowi melalui Ganjar,” ungkapnya.
“Pasca lengser 2024 nanti, Jokowi tidak punya tempat dan lokomotif politik. Jokowi tidak lebih dari kader PDIP, sebagaimana kader-kader lainnya. Bedanya, Jokowi pernah jadi presiden dua periode. Tidak ada lagi peran politik yang bisa dimainkan Jokowi pasca 2024. Di PDIP, besar kemungkinan Jokowi akan disingkirkan. Kenapa? karena berpotensi menjadi matahari kembar,” tambahnya.
Sumber: wartaekonomi.co.id