Terkini.id, Jakarta – Beberapa hari lalu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara resmi telah memberhentikan Dokter Terawan. Lantas dari hal tersebut membuat beberapa pihak turut buka suara.
Salah satunya, eks Politisi Partai Gerindra Arief Poyuono yang menyebutkan bahwa pemerintah perlu membuka pintu untuk dokter asing ke Indonesia untuk melakukan praktiknya.
Namun, perlu diketahui pula bahwa sebelumnya, terdapat beberapa tanggapan yang tentunya berkisar pada kubu yang mendukung dan menolak.
Bagi yang menolak pemecatan dokter terawan ini berkisar pada alasan bahwa Terawan adalah salah satu anak bangsa terbaik dengan gebrakan di dunia medis.
Sedangkan yang kontra termasuk IDI adalah berkisar pada metodologi penelitian terawan pada terapi yang disebut “cuci otak” dianggap bermasalah dan tidak direkomendasikan untuk dilakukan.
- Sejumlah Organisasi Nakes Kembali Demo Tuntut Pengesahan RUU Kesehatan Ditunda di DPR RI
- Tolak RUU Kesehatan, Puluhan Ribu Tenaga Medis dan Kesehatan Geruduk Gedung DPR RI
- Taufik Basari Dorong Pengusutan Kasus Penganiayaan Dokter di Lampung
- Besok, Dokter Abdul Azis Dilantik Sebagai Ketua IDI Makassar Periode 2023-2026
- Hari Dokter Nasional: Berbakti untuk Negeri Mengabdi untuk Rakyat
Hal ini menurut Arief perlu dilakukan karena IDI mulai dipertanyakan mengenai kompetensinya bahkan menyinggung soal “Rebutan Lapak” sesama dokter. Dikutip dari Populis. Jumat, 8 April 2022.
“Ngeri kalau membaca polemik para dokter IDI soal kasus pemecatan Terawan. Sebaiknya pemerintah segera buka pintu buat dokter asing bisa melayani konsumen rakyat Indonesia di dalam negeri,” katanya.
“Agar kita banyak pilihan bukan hanya pada dokter-dokter IDI yang kompetensinya gak jelas seperti yang kita saksikan saat ini,” ujar Arief.
Arief menyatakan selama ini masyarakat tidak punya pilihan selain memilih dokter yang berada di IDI untuk berobat.
Arief bahkan berani menuding bahwa IDI dikuasai perusahaan obat asing.
“Selama ini masyarakat ditangani oleh dokter-dokter calo perusahaan obat asing, rebutan lapak dan egois. Ini berbahaya buat pasien dan masyarakat,” ujarnya.
Soal nasib dari dokter-dokter IDI menurut Poyuono mereka sudah tidak perlu dilindungi lagi agar bisa dipaksa bersaing secara fair dengan dokter asing.