Terkini.id, Jakarta – Akivis Hak Asasi Manusia (HAM), Veronica Koman turut menanggapi penyiksaan dan pembunuhan sadis oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua tehadap beberapa tenaga kesehatan (nakes).
Dalam pernyataannya, Voronica Koman menyinggung bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) sering memalsukan kronologi kejadian.
Adapun awalnya, ia menyampailan informasi bahwa KKB Papua atau yang disebutnya dengan istilah Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah mengakui beberapa hal.
Hal yang KKB Papua akui, menurut Veronica adalah pembakaran gedung-gedung publik, termasuk sekolah dan puskesmas.
“Seorang suster meninggal, empat lainnya mengalami luka-luka, dan satunya masih hilang. 300 nakes kabupaten dievakuasi,” katanya melaui akun Twitter VeronicaKoman pada Jumat, 17 Ferbruari 2021.
- Veronica Koman Sayangkan Pertemuan LGBT Batal Digelar di Jakarta, Singgung Kelompok Konservatif
- Indonesia Kecam PBB soal Tudingan Intimidasi, Veronica Koman: Menyesatkan
- Terungkap! Ditemukan Bukti Baru Kasus Teror Rumah Orang Tua Veronica Koman
- Rumah Orang Tua Veronica Koman Diteror Bom, Terduga Pelaku Tertangkap CCTV Pakai Jaket Ojol
- Benda Diduga Bom Meledak di Kediaman Ortu Veronica Koman, Peneror Tinggalkan Pesan Ancaman
Terkait bagaimana suster itu terbunuh dalam penyerangan ini, kata Veronica, perlu diinvestigasi lebih lanjut oleh Tim HAM.
“Sangat sering, TNI memalsukan kronologi,” katanya pada Sabtu, 18 September 2021.
Veronica Koman mencontohkan, salah satu kronologi yang dipalsukan TNI adalah kejadian beberapa bulan lalu, di mana seorang pendeta dipaksa mengatakan KKB Papua melakukan kekerasan seksual kepada beberapa perempuan.
Pernyataan Veronica Koman bahwa TNI memalsukan kronologi itu lantas dikritik oleh netizen, salah satunya bernama Citaernanda.
“Mba, itu nakes udah meninggal karena dibunuh dengan cara yang keji, yang keluarganya aja belum tentu bisa lapang hati melanjutkan hidup. Kok sempet-sempetnya nuduh fabrication. KOK SEMPET MBA,” katanya.
Veronika Koman lalu membalas bahwa pembakaran, penyerangan, dan pembunuhan di Papua itu betul ada.
Pelaku, lanjutnya, juga betul OPM karena mereka sendiri juga sudah mengakui.
“Yang saya bilang perlu diinvestigasi lebih lanjut itu kronologi kejadian, karena saat ini muncul 2 versi berbeda,” katanya pada Minggu, 19 September 2021.