Sebagai dokter, begitu sulit menyampaikan bagian terburuk tentang kondisi pasien ke keluarganya, baik itu kepada suami pasien atau pun ke anak2nya.
Kadang, saya meminta bercakap 4 mata dengan keluarga terdekat, tanpa kehadiran pasien yg sakit.
Agar pasiennya tetap semangat dalam berjuang hidup, walau dalam hitungan perkiraan dokter prognosisnya malam (buruk atau tak ada harapan). Dan biasanya, diskusi ini berakhir dengan linangan air mata…
Mengapa ?
Kita sering begitu takut kehilangan seseorang atau sesuatu yang sangat kita cintai.
- Pendaftar Rekor MURI Minum Kopi dengan Gula Aren oleh Peserta Terbanyak di Bulukumba Lampaui Target
- Fun Walk Semen Tonasa Diramaikan Ribuan Warga Jelang HUT Ke-57
- Dirut Semen Tonasa Lepas Kontingen Atlet Kempo ke PON Beladiri Kudus
- Gandeng Bank Mandiri, Garuda Indonesia Travel Fair 2025 Kembali Digelar di Makassar
- Kementerian Komunikasi dan Digital Sosialisasi Layanan Nomor Tunggal Panggilan Darurat 112 di Jeneponto
Namun, ironisnya, saat ia masih di sisi kita, kita kerap tak benar-benar hadir.
Kesibukan, kelelahan, atau godaan dunia membuat kita lupa mensyukuri kehadirannya. Seolah yang kita miliki hari ini akan selalu ada esok hari.
Lalu, saat semuanya akan pergi atau tiba-tiba pergi, barulah hati terasa kosong. Kita menyesal, menangis, dan berandai, “Seandainya waktu bisa diulang…”
Tapi tidak ada yang bisa menentang kehendak-Nya.
Ada kekuatan di luar kendali kita, kekuatan yang tak terlihat, tapi pasti.
Ia mengatur setiap pertemuan dan perpisahan dengan takaran yang sempurna.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
