Terkini.id, Makassar – Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Fadjar Marjadi mencatat pada Agustus 2022, Sulsel mengalami deflasi sebesar -0,27% (mtm).
Hal itu lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm).
Secara spasial, dari 5 kota IHK (Bulukumba, Makassar, Palopo, Pare-pare, dan Watampone) di Sulawesi Selatan, Kota Palopo merupakan satu-satunya daerah yang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,26%, sedangkan deflasi bulanan terdalam dialami oleh Kota Watampone sebesar -0,69% (mtm).
“Secara tahun kalender, inflasi Sulawesi Selatan tercatat sebesar 3,79% (ytd), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,07% (ytd),” ujar Fadjar Marjadi, Kamis, 1 September 2022.
Sementara itu, inflasi tahunan Sulawesi Selatan (Sulawesi Selatan) tercatat sebesar 5,03% (yoy).
- Karya Kreatif Sulawesi Selatan 2023 Resmi Dibuka, Pemprov: Terima Kasih Bank Indonesia
- Siap-siap, Bazar Fashion Terkemuka di Makassar 'Runway Creative Market' Bakal Tampilkan Puluhan UMKM di TSM
- Semen Tonasa Terima Kunjungan Tim Bank Indonesia, Bahas Perkembangan Industri Semen
- Peluncuran Zona Khas Lego-Lego: Bank Indonesia Dorong Pengembangan Ekonomi Syariah di Sulsel
- Jusuf Kalla Kritik Kebijakan Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga
Deflasi bulanan di Sulawesi Selatan utamanya disumbang oleh makanan, minuman, dan tembakau dan kelompok transportasi dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,25% dan -0,12% (%mtm).
Deflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat sebesar -0,81% dipengaruhi oleh penurunan harga bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, daging ayam ras, dan cabai merah.
Sementara itu, kata dia, deflasi Kelompok Transportasi yang tercatat sebesar -1,02% disebabkan oleh penurunan harga tarif angkutan udara dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasca libur dan harga avtur dunia.
Deflasi lebih dalam tertahan oleh inflasi pada Kelompok Pakaian dan Alas Kaki dan Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga yang masing-masing memiliki andil inflasi sebesar 0,03% dan 0,02% (mtm).
Dalam rangka menguatkan langkah-langkah pengendalian inflasi pangan dari sisi suplai, Bank Indonesia bersinergi dengan Kementrian/Lembaga (K/L) dan stakeholder lainnya untuk melaksanakan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“GNPIP berlandaskan strategi 4K yang lebih integratif, masif, serta berdampak nasional diharapkan dapat menahan laju inflasi yang terus meningkat,” tuturnya.
Proses pemulihan ekonomi yang terus berlanjut diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap tekanan inflasi di Sulawesi Selatan.
Risiko tekanan harga dari inflasi impor akibat gangguan rantai pasokan global akibat situasi geopolitik di Eropa dan Taiwan masih perlu diwaspadai.
Ia mengatakan, ke depan, inflasi Sulawesi Selatan diperkirakan terkendali seiring dengan upaya yang dilakukan oleh TPID Sulawesi Selatan dalam menjaga kestabilan harga baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.