Eks Menkes Curiga yang Terjadi Bukan Pandemi, Tapi Bioterrorism sebagai Senjata Biologis

Eks Menkes Curiga yang Terjadi Bukan Pandemi, Tapi Bioterrorism sebagai Senjata Biologis

SW
R
St. Wahidayani
Redaksi

Tim Redaksi

Terkini.id, JakartaMasa Pandemi Covid 19 yang belum juga selesai, Eks Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari kembali angkat bicara.

Siti Fadillah mengungkapkan rasa meragukan apa yang disebut sebagai pandemi Covid 19 saat ini sebagai peristiwa alamiah.

Sebaliknya, dia cenderung mencurigainya sebagai bioterrorism yang tengah berlangsung dengan menggunakan Covid 19 sebagai bioweapon (senjata biologis).

Meski begitu, Siti Fadilah pendapatnya ini belum tentu benar.

“Ini pendapat saya pribadi ya, belum tentu tidak benar. Saya lebih cenderung ini adalah bioweapon atau bioterrorism karena pandemi yang asli itu ada syaratnya,” ujarnya melalui kanal Youtube Akbar Faizal.

Baca Juga

Menurutnya International Health Regulation yang menjadi pedoman WHO mengatur bahwapandemi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pertama, ada bukti penularan dari hewan ke hewan, yang dalam hal Covid 19 berarti dari kelelawar ke kelelawar.

Kedua, ada bukti penularan dari hewan ke manusia, dan ketiga ada bukti penularan dari manusia ke manusia.

Namun saat ini yang terbukti hanya poin ketiga saja. Seperti yang dilansir Galamedia. Rabu, 15 Desember 2021.

“Sekarang yang jelas ada buktinya dari manusia ke manusia. Tapi dari kelelawar ke manusia, sampai saat ini belum ada yang tahu,” ungkapnya.

Sejak awal munculnya virus tersebut, memang telah ada kecurigaan beberapa kalangan mengenai kecurigaan Siti Fadilah.

Apalagi, Covid 19 muncul di tengah persaingan politik ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

“AS dan China kan berantem. Keduanya saling menuduh bahwa salah satunya sebagai pembuat virus. Tetapi mereka semua membantah dan mengaku juga sebagai korban,” terangnya.

“Ini AS dan China sebagai government ya. Lalu siapa? Saya tidak berani menyebutnya. Tetapi dia bukan negara melainkan non-state actor,” sambungnya.

Lebih lanjut, ahli jantung ini mengingatkan pentingnya pemerintah hingga masyarakat mengenal perang asimetris seperti yang tengah berlangsung saat ini.

Sudah semestinya, kata Siti Fadilah Menteri Pertahanan, Badan Intelijen, bahkan Panglima TNI punya wawasan yang memadai mengenai bioterrorism dan perang asimetris.

Kalau tidak paham mengenai hal ini, diyakini kita akan terus kalah.

“Kalau kita tidak mau mengerti perang asimetris seperti ini kita akan kalah terus. Saya yakin Pak Andika tahu betul soal ini. Dan harus juga sampai ke APBN. Apa masih mau beli tank atau riset biologi?” pungkasnya.

Sebagai informasi, 2 Maret 2020 lalu adalah hari pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan adanya warga Indonesia yang terkonfirmasi Covid 19

Ada dua pasien dalam kasus pertama Covid 19 di Tanah Air, yakni seorang perempuan berusia 31 tahun bernama Sita Tyasutami (pasien 1) dan ibunya yang berusia 64 tahun Maria Darmaningsih (pasien 2). Kedua pasien tersebut merupakan warga Depok, Jawa Barat

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.