Terkini.id, Jakarta – Mantan Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean (FH) menanggapi pernyataan lawas kader Gerindra Fadli Zon yang menyinggung soal kecurangan Pemilu 2019 lalu.
Ferdinand Hutahaean lewat cuitannya di Twitter, Selasa 2 November 2021, menilai pernyataan Fadli Zon tersebut bermakna bahwa Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menjadi menteri di bawah rezim yang lahir dari kecurangan pemilu.
“Bagi saya ini bermakna bahwa prabowo dan sandiuno menjadi menteri dibawah pemerintahan yang dihasilkan dari kecurangan,” cuit Ferdinand Hutahaean.
Selain itu, FH juga menilai pernyataan Fadli tersebut berarti bahwa ia telah menuding Prabowo dan Sandiaga sebagai pengkhianat lantaran bersedia menjadi menteri di bawah rezim yang curang.
“Berarti juga bahwa fadlizon menuding Prabowo dan Sandiaga penghianat jadi menteri direjim yang curang,” tuturnya.
- Jarang Puji Pemerintah dan Lebih Sering Mengkritik, Fadli Zon Akui Punya Alasan Sendiri
- Dua Pekerja PT GNI Tewas, Fadli Zon: Buruh Asing Diistimewakan, Lokal Dianaktirikan!
- Fadli Zon: Kapolda JaTim, Irjen Nico Afinta Harusnya Dicopot! atas Tragedi Kanjuruhan
- Fadli Zon Kirimkan Doa ke Saksi Sejarah G30S/PKI
- Singgung Pemilu, Fadli Zon: Selalu Ada Kecurangan Sistemik dan Masif
Menurutnya, pernyataan Fadli Zon itu luar biasa lantaran politisi Gerindra tersebut menuding ketua umum partainya sendiri.
“Ini luar biasa, kader menuding Ketum. Sayangnya Prabowo tak berani.!,” tegas FH.
Mengutip Viva, Politisi Partai Gerindra Fadli Zon pada 2019 lalu menyebut bahwa Pemilu 2019 diwarnai unsur kecurangan yang terstruktur, sistematis, masif dan brutal.
“Di negara yang sudah maju peradaban demokrasinya sebetulnya orang itu tak perlu saksi, tak perlu ada kejadian sengketa, kejadian ada salah input. Ini omong kosong, ini jelas sebuah kesengajaan, dan kecurangan yang terstruktur, masif, sistematis, dan brutal,” kata Fadli Zon.
Menurutnya, Pemilu 2019 gagal menghadirkan pemilu yang jujur dan adil. Fadli Zon pun menuding terlalu banyak kecurangan sehingga tak berlebihan kalau dianggap pemilu terburuk sepanjang sejarah pemilu di Indonesia.
“Kinerja para saksi, menurutnya, sudah luar biasa mengawal suara. Padahal, harusnya negara menjamin suara dan tak perlu dikawal sehingga harus ada kepercayaan. “Pemilu ini adalah pemilu yang gagal,” ujarnya.