Jembatan Terputus Akibat Banjir Bandang, Polres Jeneponto Bantu Santri Menyeberang Sungai
Komentar

Jembatan Terputus Akibat Banjir Bandang, Polres Jeneponto Bantu Santri Menyeberang Sungai

Komentar

Terkini.id, Jeneponto – Banjir bandang yang melanda 24 Desa Kelurahan di 10 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto membawa duka mendalam bagi masyarakat yang menjadi korban.

15 korban jiwa dan ratusan rumah hanyut dan rusak parah serta puluhan gedung sekolah rusak dan beberapa jembatan putus akibat banjir bandang yang terjadi pada 22 Januari 2019 lalu.

Seperti jembatan penghubung antara Desa Bonto Mate’ne dengan Desa Mangngepong yang putus diterjang banjir bandang, membuat santri pesantren Darul Iksan Munte harus mempertaruhkan nyawanya dengan menyeberangi sungai Munte untuk menuju sekolahnya.

Di hari ke 10, Kamis 31 Januari 2019 pasca banjir bandang, terlihat Kasat Binmas Polres Jeneponto AKP Syahrul SH bersama dengan Anggota Binmas dan Bhabinkamtibmas membantu penyeberangan warga di sungai Munte Desa Bonto Matene Kecamatan Turatea.

Warga di desa tersebut terisolir setelah jembatan di desa itu terputus akibat diterjang banjir bandang.

DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

“Beberapa warga yang kita bantu diseberangkan khususnya anak-anak yang akan menyebrang ke sekolahnya,” ujar AKP Syahrul.

“Kami  juga menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati pada saat menyebrang mengingat kondisi arus air sangat deras dan tetap bersabar sambil menunggu sarana transportasi darurat rakit dan jembatan permanen nantinya,” sambungnya.

Kepala MTs Darul berharap pengadaan alat alternatif untuk menyeberangi sungai Desa Bonto Mate’ne

Kepala MTs Darul Iksan Munte, Hamsah dengan terharu mengatakan tidak tega melihat santrinya menyeberangi sungai yang arus air yang deras dengan debit air setinggi kurang lebih satu meter.

“Kami akan menyeberangi sungai untuk ke pesantren bersama anak-anak, kemarin saya melarang anak-anak untuk menyeberang, karena tidak tega melihat anak-anak menyeberang di sungai, namun ini satu-satunya jalan alternatif, kalau sebenarnya ada jalan untuk menuju ke pesantren tapi jauh, harus menempuh selama kurang lebih satu setengah jam,” tutur Hamsah

Dia pun berharap agar ada solusi untuk membantu alat alternatif penyeberangan.

“Harapan kami ada alat alternatif untuk penyeberangan, agar ada yang bisa menyeberangkan kami dan anak-anak menuju pesantren,” harapnya.