Kemenpar Sosialisasi Homestay Desa Wisata di Tator, Ini yang Dibahas
Komentar

Kemenpar Sosialisasi Homestay Desa Wisata di Tator, Ini yang Dibahas

Komentar

Terkini.id,Tana Toraja – Dalam rangka memajukan dan mengembangkan sektor pariwisata di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata Kementerian Pariwisata, Kemenpar Republik Indonesia menggelar Sosialisasi Program Homestay Desa Wisata, Rabu 12 Juni 2019 di Hotel Sahid Tana Toraja Sulawesi Selatan.

Kegiatan dihadiri oleh anggota DPRD, Pejabat dan Pengelola Desa, Dinas Pariwisata, Kelompok Sadar Wisata, dan masyarakat pelaku usaha pariwisata.

Hadir sembagai narasumber pada sosialisasi tersebut adalah Ketua Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata Kementerian Pariwisata Anneke Prasyanti.

Menurut Anneke Prasyanti tujuan dari sosialisasi program tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata, tata kelola destinasi pariwisata, dan kapasitas masyarakat pelaku usaha pariwisata.

“Tujuannya adalah untuk memajukan dan mengembangkan sektor pariwisata di Tana Toraja, Sulawesi Selatan,” ujarnya.

DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

Dalam pembahasannya, Anneke menyebutkan Homestay Desa Wisata termasuk dalam tiga program prioritas Kementerian Pariwisata, diusung sebagai jawaban atas pemenuhan amenitas dalam bentuk akomodasi dan penginapan, bertujuan mengembangkan Homestay dengan beberapa kriteria.

“Terletak di Desa Wisata yang memiliki atraksi berbasis alam dan/atau budaya, dikelola oleh komunitas lokal/ disebut Pariwisata Berbasis Komunitas (Community Based Tourism). Kemudian dihimbau mempertahankan kearifan lokal (arsitektur nusantara, seni dan budaya, kuliner),” tuturnya.

Selain amenitas, Kementerian Pariwisata juga mendorong pemenuhan aksesibilitas pada setiap destinasi pariwisata agar mudah mencapai lokasi atraksi. Pengembangan Homestay Desa Wisata yang memanfaatkan hunian yang sudah ada dapat memberikan dampak ekonomi yang langsung menetes ke masyarakat desa.

“Kegiatan pengelolaan homestay ini diharapkan mampu mendukung kebutuhan amenitas untuk target 20 juta wisatawan masuk ke Indonesia pada tahun 2019,” jelasnya.

Pada acara sosialisasi diberikan arahan mengenai pengelolaan Homestay sesuai dengan standar ASEAN. Indonesia sendiri memiliki potensi keberagaman hunian yang lebih banyak dibandingkan negara ASEAN lainnya dan dapat menjadi aset pariwisata.

Masih kata Anneke Prasyanti, masyarakat patut bangga dan terus melestarikan budaya asli. Tidak hanya dalam bentuk bangunan, adat istiadat dan budaya setempat pun dapat menjadi nilai jual, sehingga perlu dilestarikan.

“Wisatawan akan sangat tertarik dengan kekayaan budaya setempat,” lanjutnya.

Dalam sosialisasi itu juga diperlihatkan salah satu kisah sukses pengelolaan kawasan Homestay Desa Wisata, yaitu di Desa Penglipuran, Bali.

Awalnya, Desa Penglipuran sendiri bukan merupakan Desa Wisata, tetapi para tokoh masyarakat melihat adanya potensi pariwisata pada keunikan arsitektur tradisional yang diwarisi oleh adat.

Dengan menerapkan pembangunan Desa Wisata berbasis masyarakat, para tokoh masyarakat turut serta melibatkan warga untuk berperan aktif dan juga kreatif dalam mengembangkan potensi yang sesuai dengan kearifan lokal.

Material pembangunan rumah tradisional di Desa Penglipuran berasal dari alam sekitar Desa itu sendiri. Potensi lokal yang dilestarikan dan diberdayakan adalah sumber ekonomi masyarakat Penglipuran. Detil Homestay Desa Wisata Penglipuran dapat dilihat di kanal Youtube Homestay Nusantara.

“Salah satu nilai unik dari Homestay Desa Wisata adalah pengalaman berbeda dengan hotel, yaitu mengusung konsep home sharing, tinggal bersama penduduk dan melakukan aktivitas bersama-sama. Hal ini sedang menjadi trend di dunia,” sambungnya.

Ia juga menyebutkan pembeda Homestay dengan penginapan lainnya. Dikatakannya bahwa para wisatawan yang menginap diharapkan dapat menikmati suasana lokal sembari belajar mengikuti kegiatan pemilik rumah/ warga desa, baik kegiatan keseharian maupun kegiatan budaya dan adat.

“Kisah sukses Pengelola Homestay Desa Wisata lainnya dapat dilihat di dalam mini series berjudul ‘Pranata Nusantara’ dalam kanal Youtube Homestay Nusantara,” sebutnya.

Di situ diceritakan, bahwa Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), pengelola yang berasal dari masyarakat lokal, memadukan konsep menginap dengan kegiatan masyarakat seperti mempelajari kebudayaan dan seni atau melihat langsung upacara adat/religi.

Kriteria mengenai pengelolaan Homestay Desa Wisata yang baik terdapat dalam Buku Panduan Homestay Desa Wisata yang dibagikan oleh Tim kepada Dinas Pariwisata dan Pokdarwis Desa.

“Panduan terus diperbarui dengan informasi-informasi yang dapat menjadikan buku semakin lengkap, khususnya mengenai regulasi perundangan yang melingkupinya,” tutupnya.