Terkini.id, Jakarta – Lahan gedung SDN 014 Petoosang, Kelurahan Petoosang, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar) yang akan dijadikan ruang kelas diklaim warga.
Akibatnya, murid SD yang tidak mendapati kelas terpaksa harus belajar di bawah kolong rumah warga.
“Ada tiga bangunan yang terhenti (pembangunannya) karena pihak yang punya tanah tidak mengizinkan,” ujar salah satu guru SDN 014 Petoosang, Nurbaya, kepada wartawan yang dikutip dari detiknews.com pada hari Senin, 3 Januari 2022.
Menurut Nurbaya, pada pertengahan tahun 2021 silam, enam ruang kelas SDN 014 Petoosang memang sengaja dibongkar, untuk dibangun bangunan yang baru.
Pembangunan itu, dijadwalkan akan selesai pada akhir tahun 2021 kemarin.
- Sengketa Tanah Marak Terjadi, Mahfud MD: Selesaikan Melalui Jalur Non Litigasi
- Bersurat ke Jokowi, Masyarakat Adat Suku Dayak: Presiden Paham Sengketa Tanah jadi Tantangan Berat
- Pemkot Makassar Kembali Hadapi Kasus Sengketa Tujuh Bidang Tanah, Dewan Minta Penyelidikan Internal
- Pemilik Warkop Pojok Beberkan Kronologi Pemagaran Akses Menuju Rumah Warga di Makassar
“Beberapa bulan berjalan, proses pembangunan terhenti, lantaran tidak mendapat izin dari salah satu warga yang mengklaim sebagai pemilik lahan tempat sekolah dibangun,” jelasnya.
Ada dua warga yang mengklaim lahan tersebut, satu warga mengizinkan untuk dilanjutkan pembangunan, dan satu warga yang lain tidak memberi izin.
“Jadi, pembangunan untuk ruang kelas serta satu ruang kantor tetap dilanjutkan di lahan warga yang mengizinkan, sementara tiga ruang kelas yang berada di atas lahan warga yang melarang harus dihentikan,” jelasnya lagi.
Pihak sekolah dan Pemerintah setempat, sudah berupaya agar tiga ruang kelas tetap bisa dilanjutkan pembangunannya, namun hingga saat ini masih belum ada kejelasan.
“Sudah beberapa kali pertemuan diadakan di Kabupaten, tapi belum ada hasil,” jelas Nurbaya.
Pihak sekolah berharap, Pemerintah bisa cepat memberikan solusi untuk pembangunan 3 ruang kelas tersebut, karena kegiatan belajar yang dilakukan di bawah kolong rumah, selain tidak layak juga tidak efektif dan ada banyak kendala yang terjadi.
“Harapan kami, kalau bisa secepat mungkin bisa dibangun, karena kasihan anak kita kalau belajar di kolong rumah, banyak gangguan dan tidak efektif proses belajar,” imbuh Nurbaya.