Terkini.id, Jakarta- Baru-baru ini muncul sebuah gerakan bernama Gerakan Nasional Anti Islamofobia (GNAI) yang dideklarasikan di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat 15 Juli 2022.
Mengetahui munculnya Gerakan Nasional Anti Islamofobia, para netizen sontak menyoroti dan melontarkan beragam komentar di media sosial.
Salah satunya seorang pegiat media sosial Jhon Sitorus atau Miduk17 turut mengomentari deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamofobia.
Jhon Sitorus berkomentar mengenai GNAI melalui akun Twitternya yang diunggah pada Minggu 17 Juli 2022.
Dalam unggahannya, Jhon Sitorus menyebut bahwa setidaknya 237 juta penduduk Indonesia beragama Islam.
- Terkait Penolakan Kenaikan Harga BBM, Presiden Buruh Ajak Netizen Melakukan Perlawanan di Sosmed
- Puji Aksi Luhut Minta Usut Tuntas Kasus Brigadir J, Netizen Ini Rela Divaksin ke 4 Kali
- Ariel Noah dan BCL Melakukan Fitting Baju, Netizen Ini Sebut Segera Menikah
- Disebut Jadi Orang Ketiga Antara Nathalie Holscher dan Sule, Riesca Rose Mengaku Kehilangan Pekerjaan
- Putri Delina Dihujat Netizen, Sule: Please Ya Stop Please Berhenti
“86,91% atau 237.531.227 jiwa penduduk Indonesia beragam Islam,” ujarnya.
Angka tersebut merupakan data yang dilampirkan Jhon Sitorus dari data penduduk Indonesia berdasarkan agama yang dirilis Kementerian Dalam Negeri.
Data penduduk Indonesia berdasarkan agama tersebut merupakan data Kemendagri per 31 Desember 2021.
Didasarkan pada data tersebut, agama Islam menduduki peringkat pertama dengan jumlah penganut sampai 237.531.227 penduduk.
Adapun agama Kristen dan Katolik menempati peringkat kedua dan ketiga dengan jumlah masing-masing 20.451.589 dan 8.428.398 penduduk.
Sedangkan Hindu dan Buddha berada di urutan selanjutnya dengan jumlah penganut masing-masing 4.672.560 dan 2.033.608 penduduk.
Sementara itu, Aliran Kepercayaan memiliki penganut berjumlah 126.515 penduduk dan Konghucu berjumlah 73.635 penduduk.
Menanggapi data tersebut, John pun mempertanyakan kepada GNAI bahwa pihaknya sebenarnya takut kepada agama yang mana.
“Jadi, Gerakan Nasional Anti Islamophobia ini sebenarnya takut kepada agama yang mana?”
Lantas Jhon menyinggung gerakan-gerakan radikal berbasis agama.
“Mengapa gerakan-gerakan radikal berbasis agama selalu yang paling laku di negeri ini?” tanya Jhon.

Lebih lanjut, Jhon Sitorus mengaku curiga terhadap gerakan yang dibuat kelompok yang mengatasnamakan perbuatannya atas nama agama Islam.
“Saya curiga gerakan-gerakan seperti dibuat oleh kelompok-kelompok yang selalu mengatasnamakan perbuatan apapun atas nama agama Islam,” kata Jhon.
Sebab menurutnya, gerakan tersebut justru memperbesar kesenjangan sosial di masyarakat Indonesia.
“Gerakan ini semakin memperbesar lubang kesenjangan di masyarakat,” ungkapnya.
Akibatnya, Jhon mengatakan bahwa pihak nasionalis akan semakin dicap islamofobia meskipun mayoritas beragama Islam.
“Yang nasionalis makin dicap islamophobia sekalipun kalangan nasionalis adalah mayoritas beragam Islam,” pungkasnya.
