Jokowi Soroti Ironi Indonesia Produsen Minyak Sawit Terbesar Tapi Kesulitan Dapat Minyak Goreng, Nicho Beri Sindiran Pedas

Jokowi Soroti Ironi Indonesia Produsen Minyak Sawit Terbesar Tapi Kesulitan Dapat Minyak Goreng, Nicho Beri Sindiran Pedas

R
R
Resty
Redaksi

Tim Redaksi

Terkini.id, Jakarta – Aktivis dan pegiat media sosial, Nicho Silalahi menanggapi Presiden Jokowi (Joko Widodo) yang menyoroti ironi Indonesia produsen minyak sawit terbesar tapi malah kesulitan mendapatkan minyak goreng.

Nicho Silalahi menyindir, ia merasa ironis melihat Jokowi terus mengkritik dirinya sendiri sebagai presiden.

“Saya lebih ironis lihat bapak hanya mengkritik Presiden,” kata Nicho Silalahi melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat, 29 April 2022.

Nicho Silalahi pun mendesak Jokowi untuk mengundurkan diri sebab menurutnya, sang presiden hanya bisa menyengsarakan rakyat.

“Ayo pak desak Presiden segera mundur sebab kebijakannya hanya menyengsarakan rakyat,” kata Jokowi.

Baca Juga

“Ocehan terakhir hanya menyengsarakan Petani Kelapa Sawit skala kecil tapi menguntungkan pemilik HGU dan Pabrik Kelapa Sawit. Ia ga sih?” tambahnya.

Bersama pernyataannya, Nicho Silalahi membagikan cuitan Presiden Jokowi mengenai masalah minyak goreng.

“Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, ironis bahwa kita malah kesulitan mendapatkan minyak goreng,” kata Jokowi.

Dalam cuitan itu, dilampirkan video penjelasan Jokowi mengenai larangan ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng.

Dalam penjelasannya, Presiden Jokowi meminta kesadaran industri minyak sawit untuk memprioritaskan dan mencukupi kebutuhan minyak goreng di dalam negeri.

Ia meyakini bahwa dengan kapasitas produksi yang ada, kebutuhan minyak goreng dalam negeri dapat dengan mudah tercukupi.

“Volume bahan baku minyak goreng yang kita produksi dan kita ekspor jauh lebih besar daripada kebutuhan dalam negeri, masih ada sisa kapasitas yang sangat besar,” jelas Jokowi, dilansir dari situs resmi Sekretaris Kebinet.

“Jika kita semua mau dan punya niat untuk memenuhi kebutuhan rakyat sebagai prioritas, dengan mudah kebutuhan dalam negeri dapat dicukupi,” sambungnya.

Presiden menilai bahwaa kesulitan masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng saat ini adalah sesuatu yang ironis, mengingat Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Ia menyinggung, sudah empat bulan kelangkaan berlangsung dan pemerintah sudah mengupayakan berbagai kebijakan namun belum efektif.

“Oleh sebab itu, pemerintah memutuskan untuk melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan dan minyak goreng ke luar negeri. Larangan itu berlaku untuk ekspor dari seluruh wilayah Indonesia termasuk dari kawasan berikat,” jelasnya.

Jokowi menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat adalah prioritas paling tinggi dalam pertimbangan pemerintah setiap membuat keputusan, termasuk kebijakan larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya.

“Larangan ini memang menimbulkan dampak negatif, berpotensi mengurangi produksi, hasil panen petani yang tak terserap. Namun, tujuan kebijakan ini adalah untuk menambah pasokan dalam negeri hingga pasokan melimpah,” katanya.

Jokowi juga menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan masyarakat ini akan menjadi patokannya dalam mengevaluasi kebijakan larangan ekspor minyak goreng.

Begitu kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, lanjutnya, maka tentu ia akan mencabut larangan ekspor.

“Karena saya tahu negara perlu pajak, negara perlu devisa, negara perlu surplus neraca perdagangan. Tapi memenuhi kebutuhan pokok rakyat adalah prioritas yang lebih penting,” pungkas Jokowi.

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.