Pro Kontra Penggunaan GeNose C-19 bagi Pelajar di Makassar
Komentar

Pro Kontra Penggunaan GeNose C-19 bagi Pelajar di Makassar

Komentar

Terkini.id, Makassar – Penggunaan GeNose C-19 bagi pelajar di Kota Makassar menuai pro kontra. Sejumlah pihak memberikan dukungan namun tak sedikit yang memberi penolakan, salah satunya IDI Makassar.

Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan alat buatan UGM itu hanya untuk tes skrining Covid-19 di sekolah.

Selain itu, sebagai kontrol kesehatan pelajar yang mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM).

“Jadi (genose) bukan untuk testing tapi screening,” kata Danny Pomanto, Rabu, 20 Oktober 2021.

Danny beralasan GeNose tetap bisa digunakan karena memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

DPRD Kota Makassar 2023

“IDI bukan yang memberi otorisasi izinnya, kalau ada komplain begitu itu ke Kemenkes,” jelasnya.

Menurut Danny, protes seharusnya dilayangkan ke Kementrian Kesehatan sebagai lembaga yang memiliki wewenang.

“Sama negara yang beri beri rekomendasi itu. Jangan sama kita selama negara mengakui,” ucapnya.

Senada dengan itu, Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Prof. Paripurna memberi apresiasi terhadap langkah Pemerintah Kota Makassar dalam menggunakan GeNose C-19 di institusi pendidikan. 

“UGM sendiri tengah mempersiapkan penerapan GeNose C-19 di lingkungan universitas, sebab selama ini kami lebih memfokuskan dalam melayani penggunaan GeNose C19 bagi eksternal.” kata Prof. Paripurna.

Lebih jauh, Prof. Paripurna menambahkan bahwa penggunaan GeNose C19 telah terlebih dahulu dilakukan di sektor transportasi, namun apabila digunakan dalam dunia pendidikan dan industri akan memudahkan proses screening dan tidak membuat karyawan atau siswa merasa tidak nyaman karena metode pemeriksaan dengan GeNose C-19 yang non-invasif.

Saat ini, GeNose C-19 juga telah digunakan di berbagai industri seperti sektor perhotelan, perkantoran, serta di berbagai institusi pendidikan untuk membantu mengurangi angka penyebaran Covid-19.

Terpisah, Anggota Komisi D DPRD Kota Makassar Yeni Rahman mengatakan sejak awal sudah mengingatkan pemerintah kota agar mengkaji ulang pengganggaran GeNose C-19.

“Tingkat akurasinya yang kurang bagus dan banyak pertimbangan lainnya. Saya kira itu sudah cukup, kenapa mau dipaksakan?” kata Yeni.

Ia mengatakan ketimbang pengadaan GeNose, vaksinasi jauh lebih memberi harapan dalam penanganan pandemi. 

Penggunaan GeNose terhadap siswa, kata Yeni, memperlihatkan ketidaksesuaian dengan pernyataan Wali Kota Makassar pada awal pengadaan GeNose, yang peruntukannya untuk seluruh warga Makassar.

“Kentara sekali tidak sesuainya,” ucapnya.

Pengamat Tata Kelola Keuangan Negara dan Pemerintahan, Bastian Lubis mengatakan pemerintah semestinya lebih bijak dalam mengeluarkan anggaran.

Setiap program apalagi yang sifatnya masih sebatas inovatif perlu didahului dengan feasibilty study (FS) oleh para ahli.

“Ini keinginan bukan kebutuhan. Jadi kalau menggunakan anggaran negara itu walau sepeser harus menggunakan Feasibility Study, tidak serta merta beli, beli tanpa ada kajian,” katanya.

Dia menilai anggaran negara tersebut berpotensi terbuang lantaran peruntukannya tak lagi efektif digunakan.

“Anggaran negara yang saat ini sangat terbatas dan didapat dari pajak-pajak, pendapatan yang akan dikeluarkan itu kembali ke masyarakat akhirnya tidak maksimal. Akhirnya apa, terjadilah pemborosan keuangnan negara,” ujar Rektor Universitas Patria Artha tersebut.

Sementara Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar, Siswanto Wahab juga keberatan dengan rencana pemerintah kota menggunakan GeNose untuk pemeriksaan kesehatan siswa per 2 pekan setelah Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas. 

“Saya tidak mau. IDI tidak merekomendasikan pakai GeNose dalam bentuk follow up-nya,” kata Siswanto.

Siswanto mengatakan pemeriksaan rutin harus dilakukan paling tidak dalam dua minggu sekali menggunakan tes antigen sebagai bentuk tindak lanjut simulasi PTM terbatas.

“Pakai tes antigen saja, kalau ada keluhan, lanjut swab PCR,” jelasnya.

Selain itu, dia juga meminta pemerintah kota harus memberi atensi dalam evaluasi pembelajaran tatap muka. Jangan serta merta setelah tatap muka, kata dia, maka dianggap tidak ada keluhan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nursaidah Sirajuddin mengatakan pihaknya tetap akan menggunakan GeNose sebagai alat screening (penyaringan).

“GeNose untuk screening dan akan tetap dilanjutkan untuk pemeriksaan rapid antigen dan PCR,” kata Ida singkat.