Terkini.id, Jakarta – Politisi Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana melontarkan sindiran keras kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto.
“Ada Sekjen partai yang lebih norak dari Sekjen PDIP ini?” katanya melalui Twitter @Panca66 pada Selasa, 26 Oktober 2021.
“Kayaknya nga ada deh. Hasto juaranya. Iya nga sih?” sambung Panca.
Panca mengatakan itu sebagai respons terhadap Hasto yang menawarkan beasiswa kajian akademis perbandingan kinerja antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dilansir CNN Indonesia, Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa jumlah orang yang mendaftarkan diri untuk menerima beasiswa tersebut sudah mencapai 53 orang.
- Demi Dukung Prabowo Jadi Capres 2024, Budiman Sudjatmiko Sebut Rela Dipecat PDIP
- Denny Sebut MK Kabulkan Gugatan Sistem Pemilu, Hasto Kristiyanto: Katanya A1
- PDIP Buka Peluang Kerja Sama Untuk Demokrasi, Hasto Kristiyanto: Inilah Kami dengan Kerendahan Hati!
- PPP Buka Peluang Koalisi Bareng PDIP, Mardiono: Memang Kemungkinan Itu Ada
- Hasto Kristiyanto Minta Kader PDIP Sulsel Gotong Royong Untuk Perolehan Kursi di Daerah Yang Lemah
“Peminatnya sangat banyak, mencapai 53 orang. Sebagian besar mengambil program S2 dan S3 dan berasal dari kalangan perguruan tinggi ternama,” kata Hasto pada Senin, 25 Oktober 2021.
“Ada dari Universitas Indonesia, UGM, Universitas Airlangga, UIN Banda Aceh, hingga dari Oslo University, Manila University, Universiti Sains Malaysia,” tambahnya.
Hasto menjelaskan bahwa beasiswa yang ia ditawarkan untuk kajian akademis perbandingan kinerja antara Jokowi dan Presiden SBY mencakup ilmu pemerintahan, politik, kebijakan publik, kepemimpinan, psikologi, manajemen, hingga kelembagaan organisasi pemerintahan.
Menurutnya, seluruh penelitian penting untuk dilakukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan politik bangsa tentang proses menjadi pemimpin, kapasitas pemimpin, prestasi pemimpin, tanggung jawab, serta warisan seorang presiden.
“Apakah kepemimpinan seorang presiden benar-benar untuk bangsa dan negara atau hanya untuk kepentingan popularitas semata,” jelasnya.
Selain itu, menurut Hasto Kristiyanto, hasil kajian terkait kualitas Pemilihan Umum (Pemilu) selama kepemimpinan seorang presiden juga penting untuk dilakukan.
Ia menilai bahwa keberhasilan sebuah partai politik yang mengalami kenaikan suara sebesar 300 persen di Pemilu 2009 yang berlangsung dalam era demokrasi dengan kompetisi ketat, penting untuk dipertanyakan dalam penelitian itu nantinya.
“Penelitian ini menarik. Apakah hal tersebut sebagai hasil kerja organisasi atau campur tangan kekuasaan,” ujar Hasto Kristiyanto.