TPA Antang Belum Tertangani Baik, Mulai dari Potensi Kebakaran hingga Bau Menyengat

TPA Antang Belum Tertangani Baik, Mulai dari Potensi Kebakaran hingga Bau Menyengat

KH
Kamsah Hasan
Redaksi

Tim Redaksi

Terkini.id, Makassar – Pemerintah Kota Makassar dinilai belum serius menangani masalah sampah di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Tamangapa Antang di Kecamatan Manggala. 

Potensi kebakaran TPA Antang di Kecamatan Manggala, Kota Makassar cukup tinggi. Gas metan yang berada di bawah permukaan tumpukan sampah bisa sewaktu-waktu terbakar bila terkena percikan api.

Setiap tahun, selalu terjadi kebakaran di TPA Antang, terakhir terjadi pada 12 Agustus 2021.Sementara bila memasuki musim hujan, TPA Antang menimbulkan bau menyengat. 

“Kita selalu minta di-backup Dinas Pemadam Kebakaran karena namanya TPA potensi kebakaran itu cukup besar karena sampah-sampah yang ada disana kan bercampur. Apalagi ada gas yang mudah terbakar,” kata Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Aryati Puspasari Abadi, Rabu, 25 Agustus 2021.

Menurutnya, saat ini pihak Damkar menyiagakan armada di area TPA Antang. Ia mengatakan para pemulung yang beraktivitas di area TPA telah diimbau agar tak merokok.

Baca Juga

“Jangan sampai terjadi lagi kejadian di tahun 2019 yang lalu. Kebakaran TPA itu kurang lebih tiga bulan baru bisa dipadamkan,” paparnya 

Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa Makassar masuk dalam 12 kota program prioritas nasional Pengolah Sampah Energi Listrik (PSEL). 

“Rencananya di akhir tahun ini kita sudah melakukan lelang atau tender untuk investornya,” kata dia.

Aryati mengatakan hal Itu salah satu strategi pemerintah untuk mengurangi timbunan sampah di TPA. Ke depan, timbunan sampah akan masuk ke dalam PLTSA lantas diolah menjadi energi listrik.

“Tahapan-tahapannya saat ini kita harus mempersiapkan lahan tempat PSEL ini. ini sementara kita menjalani proses pembebasan lahan,” tutupnya.

Sementara, Plt Kepala Damkar Makassar Hasanuddin mengatakan 2 pekan sebelumnya armada Damkar siaga di dalam TPA. 

“Kita sudah tarik, sekarang armada tersebut stay di Posko Carester Tamangapa, Manggala. Jaraknya tidak lebih 1 km dari TPA Antang,” kata Hasanuddin.

Ia mengatakan potensi kebakaran di Makassar tersebar di mana-mana. Petugas TPA Antang diminta cepat melaporkan ke Damkar bila ada kebakaran. Bukan justru melakukan pemadaman mandiri dan setelah kewalahan baru menghubungi Damkar.

“Kita akan kewalahan kalau apinya sudah membesar baru diinfokan ke Damkar,” ucapnya.

Hasanuddin mengatakan Damkar memiliki 3-4 armada yang siap siaga mengantisipasi kebakaran di TPA Antang. Selain itu, pihaknya juga memiliki posko di Pengayoman, samping pasar segar. 

“Di sana ada 4-5 unit, mereka siap siaga membantu di TPA bila dibutuhkan. Kalau infonya cepat penanggulangannya juga akan cepat,” paparnya.

Sebelumnya, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan Proyek pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) menjadi fokus Pemerintah Kota Makassar. 

Terlebih, saat ini Makassar masuk kategori darurat sampah.

Sejak awal perencanaan pembangunan proyek, ratusan investor dari berbagai negara dinilai tertarik untuk menjajaki kerjasama.

Danny Pomanto mengaku sudah berkomunikasi ke beberapa investor, terbanyak adalah perusahaan asal China.

“Sudah lebih seratus dari lima tahun lalu. Macam-macam, China paling banyak, ada juga Jepang, Amerika, Finlandia, Polandia,” ujar Danny.

Dalam waktu dekat, Danny bakal membuka lelang untuk proyek PLTSa tersebut. Mengingat kapasitas TPA Tamangapa sudah melebihi kapasitas.

“Segera akan kami lakukan lelang, sementara kita konsolidasi dulu soal lelang, koordinasikan dengan pusat,” kata Danny.

Sementara itu, Sekretaris Tim Percepatan Pembangunan PLTsa Kota Makassar, Saharuddin Ridwan mengatakan bahwa pihaknya akan selektif dalam memilih investor. Sebab, anggaran untuk proyek ini besar dan dikalkulasikan menghabiskan Rp2 Triliun.

“Artinya harus disiapkan ini investor karena dia akan besar, besar dia punya keuangan untuk kelola ini. Karena semua bebannya di mereka,” ujar Sahar.

Makassar sendiri masuk dalam 12 kota program prioritas nasional Pengolah Sampah Energi Listrik (PSEL). 

Hal itu merujuk pada Perpres Nomor 35 Tahun 2018 dan Perpres 109 Tahun 2020. Surabaya menjadi kota pertama yang sudah merampungkan pembangunan proyek ini. 

Merespons itu, Staf Advokasi dan Kajian WALHI Sulsel Muhammad Riszky menilai bahwa TPA Antang dalam beberapa tahun terakhir sudah over kapasitas, bahkan tingginya mencapai 25 meter. 

“Hal tersebut menunjukkan jika pengelolaan sampah di Kota Makassar kurang maksimal. Penumpukan sampah tentunya berpotensi bukan hanya kebakaran namun juga bau tak sedap selalu menghantui,” jelasnya.

Selain itu, terkait pengelolaan PSEL, salah satu tim kajian sampah WALHI Sulsel ini mengatakan bahwa potensi pencemaran lingkungan akan lebih besar, lantaran pembakaran akan menghasilkan senyawa kimia berbahaya seperti seperti dioksin. Dioksin ini meningkatkan resiko kanker. 

“Belum lagi berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri LHK No. 70 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan atau Kegiatan Pengelolaan Sampah, pemeriksaan dioksin dilakukan setiap 5 tahun lantaran belum memadainya fasilitas laboratorium dioksin di Indonesia,” ucapnya.

Terakhir, Riszky menjelaskan bahwa yang mesti dikuatkan adalah pengeloaan sampah tingkat rumah tangga agar dapat dikelola sehingga sampah yang berakhir di TPA dapat diminimalisir secara signifikan. 

“Hasil riset kami menunjukkan jika pemerintah belum benar-benar serius dalam pengelolaan sampah berbasis rumah tangga,” tutupnya.

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.