Berbeda Ramadan tahun-tahun sebelumnya, kali ini dianjurkan beribadah di rumah akibat wabah virus korona. Menjadikan rumah sebagai “masjid”, tempat bersujud.
Serangkaian amaliah Ramadan ditunaikan di rumah bersama keluarga. Tak bisa dipungkiri, dari lubuk hati paling dalam, refleksi keimanan, kita semua merindukan masjid.
Masjid tempat bersujud senantiasa dirindukan, rindu shalat berjamaah, buka puasa bersama hingga qiyam lail.
Jumlah masjid di kota ini tak terhitung. Terus bertambah. Masjid tua banyak direnovasi. Cerminan masyarakat religius.
Tak pernah terbayangkan jika suatu waktu masjid dikosongkan kala kerinduan membuncah untuk meraih cinta Allah dengan berlomba-lomba melakukan kebaikan.
- Wali Kota Makassar Ajak Warga Jadikan Masjid Pusat Kegiatan Sosial dan Pendidikan Umat
- Jelang Ramadan 1446 H, Huadi Group Bantu 16 Masjid di Bantaeng
- Hut ke-65 Tahun, MKGR Sulsel Serahkan Bantuan Untuk Masjid
- Wujudkan Kontribusi, Huadi Group Salurkan Sumbangan di Masjid Tertua Bantaeng
- Pj Gubernur Sulsel Letakkan Batu Pertama Pembangunan Menara Masjid Nurul Ilmi Himal SMPPSMADAGA Bone
Ramadan kali ini, kita tidak menjumpai kesemarakan masjid seperti tahun-tahun sebelumnya. Buka puasa, jamaah shalat tarwih dan ceramah biasanya menggema dimana-mana.
Meski begitu, hikmah lain. Kita sepenuh waktu bersama keluarga menunaikan ibadah. Kita makin tersadarkan ihwal nilai-nilai agama mewarnai tutur kata, sikap dan perlakuan pada anggota keluarga yang lain.
Keluarga menjadi madrasah kehidupan, membentuk berakhlak anak, teladan orang tua.
Kerinduan pada masjid karena dari di dalamnya diajarkan nilai-nilai kebersamaan, semua kita bersaudara dan setara. Berdiri membangun shaf sejajar tanpa status sosial, shaf diatur sesuai dengan ketepatan waktu.
Siapapun yang belakangan hadir, entah dia pejabat atau orang kaya. Tetap mengatur shafnya dibelakang orang miskin yang datangnya lebih awal.
Indahnya kebersamaan dalam masjid, kita semua setara. Lebih dari itu, masjid bukan hanya tempat ibadah individual, tapi juga kegiatan sosial.
Bahkan rasulullah sebagai pemimpin negara mulai menata kehidupan sosial dari masjid. Masjid menjadi istananya. Masjid menjadi pusat peradaban.
Indahnya jika para pemimpin selalu hadir di masjid berbaur dengan rakyatnya seperti diteladankan Nabi.
Sebuah pola kehidupan yang sangat indah, kala rotasi aktivitas bermula dan berakhir di masjid sehingga keseluruhan aktivitasnya memiliki dimensi ilahiyah.
Betapa setiap orang beraktifitas senantiasa dipengaruhi dari bekas sujudnya. Nabi mengajarkan, orang yang dirindukan sorga adalah mereka yang selalu mementingkan waktu shalat, hatinya selalu bergantung di masjid. Masjid begitu dirindukan.
Indahnya Islam yang mengajar nilai-nilai keduniaan berselaras dengan ukhrawi. Setiap muslim memadukan duniawi dan ukhrawi sehingga setiap langkah dan keputusannya semata untuk kebaikan bersama, kepentingan orang banyak.
Nabi telah mencontohkan, dalam kesederhanaannya, Nabi mengemban amanah sebagai kepala negara yang menjadikan masjid sebagai istananya.
Kerinduan pada masjid tak terkira, tetapi ancaman virus korona ini, pemerintah menganjurkan beribadah dengan di rumah saja, selaras dengan fatwa ulama demi kemaslahatan, ikhtiar memutus mata rantai penyebaran virus demi kehidupan manusia.
Semoga virus segera menghilang agar kerinduan beribadah di masjid kembali tertunaikan.
Firdaus Muhammad,
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar dan Ketua Komisi Dakwah MUI Sulsel
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
