Sebut Islam Nusantara Berasal dari Berbagai Sumber, Termasuk China, Said Aqil: Bukan Aliran Agama Baru, Melainkan ….
Komentar

Sebut Islam Nusantara Berasal dari Berbagai Sumber, Termasuk China, Said Aqil: Bukan Aliran Agama Baru, Melainkan ….

Komentar

Terkini.id, Jakarta – Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yakni K.H. Said Aqil Siradj, belum lama ini berbicara soal Islam Nusantara.

Menurutnya, Islam Nusantara berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah China. Selain itu, ia juga menegaskan Islam Nusantara bukanlah agama baru.

Ia mengatakan, Islam berhasil membangun peradaban sampai ke Afrika, Spanyol, Persia, India, kemudian masuk hingga Nusantara.

“Islam Nusantara berasal dari berbagai sumber, seperti dari China atau Kamboja, Gujarat India, ada dari Persia, dan ada juga yang langsung dari Hadramaut atau Tanah Arab,” ungkap Said Aqil Siradj, dikutip terkini.id dari WE Online pada Kamis, 31 Maret 2022.

Islam Nusantara dari berbagai sumber dan beragam tersebut memiliki pemikiran tersendiri sehingga lahir Islam dengan tipologi tertentu atau dengan kekhususan sendiri.

DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

“Maka dengan tegas saya katakan bahwa istilah Islam Nusantara ini bukan mazhab, bukan firqoh, bukan aliran agama baru, melainkan hanya meningkatkan kekhususan tipologi Islam.”

Lebih lanjut, katanya tipologi Islam Nusantara yang paling utama mementingkan dan mengharmonisasikan antara ideologi budaya dan agama.

“Kita membangun agama di atas budaya. Budaya kita jadikan infrastruktur agama sehingga budaya dan agama akan kuat, khususnya agama Islam.”

Hal iru sudah dibawa oleh para ulama terdahulu dalam berdakwah menyebarkan Agama Islam di Nusantara.

“Budaya dan agama ini yang dibawa oleh para ulama untuk datang ke Nusantara, khususnya Wali Songo yang telah berhasil menyebarkan Islam di Nusantara selama 50 tahhun dari Tahun 1.200 hingga Tahun 1.250.”

Dengan keberhasilan itu pula, kerajaan-kejaraan seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Padjadjaran akan hilang dengan sendirinya tanpa perang dan pertumpahan darah.

“Yang ada hanya pendekatan budaya sebagai peradaban dan agama dengan akhlakul karimah,” pungkasnya.