Waduh, Rizal Ramli Tuding Pemerintah Jadi Penyebab Maraknya Masyarakat Terjebak Utang Pinjol: Masyarakat Disedot, Bikin Rakyat Susah!
Komentar

Waduh, Rizal Ramli Tuding Pemerintah Jadi Penyebab Maraknya Masyarakat Terjebak Utang Pinjol: Masyarakat Disedot, Bikin Rakyat Susah!

Komentar

Terkini.id, Jakarta – Ekonom senior Rizal Ramli terang-terangan menyebut bahwa pemerintah adalah penyebab maraknya masyarakat terjebak dalam utang pinjaman online (Pinjol).

Menurut Rizal, pemerintah terlalu ugal-ugalan dalam mengelola kebijakan fiskal. Contohnya, adalah jauhnya jarak antara penerimaan pendapatan dengan pengeluaran.

“Gini, kayak rumah tangga, kalau penerimaan kurang maka pengeluaran kita kurangin juga dong. Pemerintah ini, penerimaannya dari segi pajak kurang, hanya 8% tax rasio. Harusnya 15%. Ini penerimaan pajak kurang dia pengeluaran masih terus jor-joran,” ujar Rizal sebagaimana diunggah akun YouTube Refly Harun, dikutip pada Minggu 20 Maret 2022.

Buktinya adalah dengan banyaknya biaya yang dikeluarkan oleh Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang memakan banyak biaya. Maka, menurut Rizal, ini menjadi bukti pengelolaan fiskal negara yang tidak bertanggung jawab.

Sebab, yang menjadi pihak terdampak adalah rakyat yang merasakan kenaikan kebutuhan seperti minyak goreng, listrik, BBM, dan lain sebagainya.

DPRD Kota Makassar 2023

“Untuk menutupi gap penerimaan yang merosot tajam dan pengeluaran yang jor-joran, harga listrik harus dinaikkan, harga BBM harus dinaikkan, harga gas harus dinaikin, BPJS dinaikin. Kondisi ini mengakibatkan ke titik jungkal,” tegas Rizal.

Selain itu, dalam kondisi itu, pemerintah lagi-lagi membuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat dengan cara menyedot likuiditas di masyarakat.

Untuk golongan menengah ke atas, mungkin tidak menjadi masalah besar sebab dapat menggadaikan beberapa asetnya seperti mobil dan lain sebagainya.

Masalahnya adalah untuk menengah ke bawah yang tidak memiliki aset. Maka salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan pinjaman online yang bunganya sangat tinggi.

“Yaitu penambahan kredit yang biasanya 15% ini hanya 13%. Artinya likuiditas di masyarakat disedot. Ini yang susah. Nah golongan menengah udah banyak yang digadaikan, asetnya, mobilnya,” ujarnya.

“Golongan menegah bawah kan ngga ada pilihan, akhirnya tergantung sama pinjaman online yang bunganya sangat tinggi dan ini proses pemiskinan struktural. Karena apa, likuiditas yang ada disedot, untuk nombokin bayar utang yang jor-joran,” sambung Rizal.